Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

TEKAD MEMULIHKAN NAMA BAIK

Judul Buku : Princess Badung Penulis : Veronica Widyastuti Penerbit : Tiga Ananda Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 64 hal Harga : Rp. 22.000,- Bagaimanakah perasaan Anda jika mendapat julukan “bengal” atau “pelupa”? Pastinya tidak nyaman, bukan? Begitu juga dengan seorang anak. Novel Princess Badung karya Veronica Widyastuti ini mengisahkan tentang ketidaknyamanan seorang anak yang mendapat julukan negatif. Kyla – tokoh utama dalam novel ini – adalah anak berumur 7 tahun yang sangat menggemari pernak-pernik tokoh p rincess . Kyla bahkan bercita-cita menjadi seorang princess yang anggun. Kesempatan itu datang saat Kyla diminta menjadi “patah”, putri pengipas pengantin dalam adat pernikahan tradisional jawa. Sayangnya, Kyla malah mendapat julukan Princess Badung gara-gara kejadian yang dialaminya saat menjadi “patah” (hal.12). Kyla kesal dengan julukan badung yang melekat pada dirinya. Kyla bertekad memulihkan nama baiknya. Kyla ingin membuktikan bahwa i

MELUNCUR DI ATAS JAHE

“Teeet! Teeet! Teeet!” Suara bel berbunyi tiga kali. Tanda ujian berakhir. “ Alhamdulillah...”, ucapku pelan. Lega rasanya ujian semester ini telah berakhir. Bergegas aku mengumpulkan lembar jawaban ke depan. Ternyata aku yang paling akhir. Setelah mengambil tas, aku duduk di samping kursi Maikah. “Mai, aku dengar kabar dari kelas 6, liburan ini kita akan diajak outbond ke Gua Pindul lho..” bisikku pada Maikah. Sudah menjadi kesepakatanku dengan Maikah, pada masa-masa ujian seperti sekarang ini, pantang bagi kami berdua membahas soal ujian sekolah. Maikah menoleh. “Oya? Asyik dong! Jadi pengen beli gatot sama tiwul.” “Ah, kau! Makanan aja yang diingat,” kucubit perut Maikah yang semakin buncit. Maikah memasukkan peralatan tulis ke dalam tas. “Memang sudah pasti ke Gua Pindul?” tanya Maikah ragu-ragu. Aku mengedikkan bahu. “Yah, semoga aja” Topik tentang liburan semester memang selalu hangat dalam perbincangan kami. Sudah seminggu kami sekelas membincangkan topi

AUDISI PENARI

“Nak, seminggu lagi kerajaan akan mengadakan audisi penari muda berbakat. Bersiap-siaplah untuk mengikutinya. Siapa tahu dari kalian ada yang terpilih,” ujar Mak Midah kepada ketiga puterinya. “Tentu Mak. Langit juga sudah mendengar berita itu dari tetangga. Semoga Langit bisa menjadi salah satu penari yang terpilih,” jawab Langit, anak pertama Mak Midah, menentramkan hati Emaknya. Langit memang pintar menari. Gerakannya luwes dan indah. Berbagai jenis tarian kerajaan sudah dikuasainya. Dia pun sering didaulat menari setiap ada acara kesenian di desanya. “Semoga Nak.. Mak, bangga kepadamu”, ucap Mak Midah. “Bagaimana denganmu Bumi?” “Aku juga pasti ikut Mak.. Setahun lebih Bumi menunggu kesempatan ini. Mak bisa lihat sendiri kan, bagaimana Bumi latihan selama ini?” ujar anak kedua tidak mau kalah. Seperti Langit, Bumi juga pandai menari. Meski tidak seluwes kakaknya, namun Bumi sangat piawai menciptakan kreasi tarian baru. Terbangnya kupu-kupu bisa menjadi inspirasi lahirn

BEKAL ALIA

"Alia, jangan lupa bekalnya dibawa, Sayang,” kata Bunda mengingatkan Alia sesaat sebelum dia berangkat sekolah. “Ya, Bunda. Makasih..” jawab Alia sambil menerima bekal makanan yang sudah disiapkan Bunda. Alia membuka bekal makanannya. Ada nasi putih, orak-arik brokoli, nugget kesukaannya dan buah pisang. Oh ya, satu lagi, susu segelas. Sejujurnya Alia paling malas kalau harus membawa bekal makanan ke sekolah. Lihat saja, dia harus ribet membawa dua tas. Satu tas ransel yang berisi buku dan peralatan belajarnya, satu lagi tas makanan yang harus dia tenteng. Pernah suatu kali Alia protes pada Bunda. Alia meminta uang jajan lebih saja dibanding mesti repot membawa bekal. Tapi apa jawaban Bunda? “Alia, Bunda bisa saja memberimu uang lebih, tapi Bunda khawatir dengan makanan yang ada di luar, Sayang. Tidak semuanya higienis. Bagaimana kalau nanti Alia malah sakit perut? Lagian, kamu kan tinggal memilih bekal yang kamu sukai di warung,” jelas Bunda menasehati Alia. Kelua