Langsung ke konten utama

Saya Ingin Anak Saya Kreatif

Saat melihat kakak kandung saya bikin aplikasi bros gembul yang bulet, tiba-tiba kepala saya jadi mumet. Saat melihat sahabat baik saya bikin bros dari kain flanel yang njlimet, tiba-tiba mata saya ikut bruwet. Saat mencoba membuat ice cream mainan dari kain flanel, seharian pundak saya jadi tak karuan pegel. *memaksa diri agar tulisannya berima. Hihi..

Ya, saya bukan orang yang kreatif. Siapa juga yang bilang bahwa saya kreatif?! Ngaku-ngaku. Hahaha.. Oleh karenanya, saya selalu kagum pada kakak kandung saya, sahabat dan mereka yang begitu kreatif menciptakan sesuatu. Apapun itu.

Sebenernya dulu saat SMP, prakarya saya yang berupa sulaman selalu diminta guru. Itu artinya sulaman saya bagus. Hihi.. Tapi itu kan dulu bingit? Kalau sekarang disuruh ngulang, dilirik guru aja palingan kagak. Hehe..

Saya Ingin Anak Saya Kreatif

Semenjak punya anak, saya punya keinginan menjadikan anak saya kreatif. Bagaimana anak saya bisa kreatif, jikalau simboknya kagak kreatif? Tentu saja simboke harus belajar lebih kreatif. Karena sudah punya niatan menjadi lebih kreatif inilah, saya kemudian belajar bikin-bikin sesuatu. Kebanyakan prakarya yang saya buat simpel-simpel. Seperti membuat mainan dari kain flanel (kura-kura, tas, pancing, ice cream, hingga alat pertukangan seperti palu, gergaji dll. Hehe..), mainan dari kertas (topeng anak, headband, kura-kura, ikan, lampion, kitiran), mainan dari alam, hingga melukis (finger painting, melukis hewan dan mewarnai dengan crayon).

Reksa mewarnai bersama temannya (15/7/2016)

Bagaimana cara menggali ide kreatifnya? Di zaman yang melimpah informasi ini, internet sangat membantu saya. Banyak sekali ide bertebaran di internet. Biasanya saya mendapat ide dari website luar negeri. Seperti freekidscraft, learncreatelove, krokotak dan itsybitsyfun. Dari website tersebut, saya bisa memilih jenis prakarya yang saya inginkan. Misal berdasar umur anak, material yang digunakan (flanel, kertas, alam dsb), teknik yang digunakan (menggunting, melipat dsb), prakarya daur ulang (recycle), bahkan ada yang sudah dalam bentuk printable. Alternatif yang terakhir ini awal-awal dulu sering jadi andalan saya. Oh, jebulnya. *nyengir kuda

Foto-foto hasil kreativitas saya bersama anak-anak dulu pernah saya upload di facebook. Maksud saya agar tersimpan rapi karena dokumentasi aktivitas anak-anak masih sebatas dalam bentuk foto.  Belum berwujud tulisan seperti ini. Sebagian masih di laptop saya, sebagian lagi masih di laptop ayahe Reksa. Kelihatan masih acak adut. Hihi..

Hasil karya Reksa mewarnai ikan (15/7/2016)


Tulisan mengenai bagaimana proses membuat prakarya, dalam bentuk apa saja keterlibatan Reksa, hingga bagaimana keruwetan yang terjadi di dalamnya akan saya tulis tersendiri, ya.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum