Oleh
: Maftuha Jalal
Semua
penghuni laut sedang sibuk di taman terumbu karang. Ada yang menghias
panggung dengan ganggang dan rumput laut. Ada yang latihan paduan
suara. Ada juga yang latihan menari dengan diiringi tabuhan cangkang
kerang. Namun, ada satu yang tidak bergabung. Dia adalah Lolo
Lobster.
Lolo
Lobster duduk di rumahnya. Matanya menatap sedih ke arah bajunya yang
robek. “Bagaimana bisa menari jika bajuku robek begini,” ratap
Lolo. Dia teringat latihan-latihannya selama ini. Dia berharap bisa
tampil menari di perayaan hari laut sedunia esok hari. Tapi, tadi
sewaktu akan berangkat latihan, tanpa tahu kenapa bajunya tiba-tiba
robek.
Sayup-sayup
Lolo mendengar suara cangkang kerang ditabuh. Wah, latihannya sudah
mulai. Aduh, bagaimana ini? Aku harus mencari cara agar bisa tetap
ikut latihan, pikirnya dalam hati. Dia pun berjalan ke arah lemari.
Tapi saat baru menggerakkan tubuhnya ...
“KRAAAK”
terdengar sebuah suara di bagian bawah tubuhnya. Lolo melihat ke arah
suara tersebut. Ternyata, baju di bagian depan perutnya robek. “Ya
ampun, malah tambah robek begini,” pekik Lolo panik.
Lolo
pun menggerakkan tubuhnya ke belakang hendak duduk kembali. Tapi
lagi-lagi...
“KRAAAK”,
kali ini giliran baju di bagian belakang perutnya yang robek. “Loh?
Kenapa jadi robek semua? Huhuhu...” tangis Lolo pun pecah.
Lolo
menangis tergugu di atas batu karang. Dia tidak berani bergerak lagi.
Baju pink yang dipakainya itu adalah baju yang dimiliki Lolo
satu-satunya.
“Lolo...
Lolo...” tiba-tiba sebuah suara memanggil dari luar rumah. “Apakah
kau sakit?” Itu adalah suara Lulu Lobster, sahabat Lolo.
“Lulu
… Huhuhu … Aku... Aku... di dalam rumah,” ucap Lolo
terbata-bata di sela-sela tangisannya. “Masuklah!”
Tak
lama kemudian Lulu sudah berada di dalam rumah. Dia kaget saat
melihat Lolo menangis. Dan tambah kaget lagi saat melihat baju Lolo
yang robek di bagian punggung dan perutnya. Lulu jadi prihatin
melihat kondisi sahabatnya.
“Hmmm...
Aku ada ide! Kamu punya benang dan jarum?” tanya Lolo. “Aku akan
coba menjahitnya.”
Lolo
berhenti menangis. “Ada. Aku menyimpannya di dalam lemari itu,”
tunjuk Lolo pada sebuah cangkang besar di pojok rumah.
Lulu
mengambil benang dan jarum. Dia mulai menjahit baju Lolo. Robekan di
punggung dan perut pun mulai tertutup lagi.
“Bagus!
Ini sungguh bagus! Kau menjahitnya dengan rapi,” kata Lolo.
Dilihatnya baju pinknya dengan perasaan puas.
“Ayo,
kita berangkat! Bu Guru sudah menunggu kita,” ajak Lulu.
Lolo
pun bangkit dari tempat duduknya. “Aw.. Aduh,” jerit Lolo saat
akan berenang. Lolo memegang perutnya.
Lulu
yang berenang di depan mendadak berhenti. Dia melihat ke arah Lolo.
“Tak
apa-apa. Bajunya cuma agak kesempitan. Nanti juga jadi biasa.” Lolo
berenang dengan menahan napas. Punggung dan perutnya terasa seperti
terikat tali. Sesak sekali.
Sesampainya
di taman terumbu karang, Lolo dan Lulu langsung mengambil tempat di
bagian belakang. Saat itu Bu Lia Lobster sedang memberi contoh
bagaimana cara memutar badan. Dengan salah satu tangan terangkat di
depan dan satunya lagi ke belakang.
“Anak-anak,
tirukan gerakan, Ibu ya!” Bu Lia memberi aba-aba. “Satu dua
tiga, mulai!”
“AAWWW!”
jerit Lolo kencang. “Aduh punggungku, sakit. Perutku...” Lolo
memegang punggung dan perutnya bergantian sambil meringis.
Anak-anak
lobster menghentikan gerakannya. Semua berkerumun mendekati Lolo.
“Kamu
sakit Lolo?” tanya Bu Lia sambil memegang kening Lolo dengan
menggunakan capitnya.
“Maaf,
Lolo. Mungkin jahitanku terlalu rapat hingga kamu jadi sakit begini,”
ucap Lulu penuh sesal.
“Jahitan?
Apa maksud kalian berdua?” tanya Bu Lia kebingungan.
Lulu
kemudian menceritakan semuanya.
“OH,
HAHAHA!” Bu Lia tak kuat menahan tawa.
Lolo
dan Lulu saling memandang. Anak-anak lobster pun juga saling
memandang. Tidak paham dengan apa yang tertawakan Bu Lia.
“Maaf-maaf.
Saya yang lupa. Seharusnya dari dulu saya mengatakannya pada kalian
kalau kita bangsa lobster itu bisa berganti baju.” Bu Lia memberi
penjelasan.
Lolo,
Lulu dan anak-anak lobster mengernyit.
“Ya.
Meski baju kita hanya satu. Tapi, suatu saat baju lama kita akan rusak dan terlepas. Seperti yang dialami teman kalian, Lolo. Setelah terlepas, kalian akan punya baju baru. Warnanya sama. Bahkan lebih
cerah dibanding sebelumnya.”
“Oh...
Berarti nggak perlu dijahit, ya, Bu Guru?” tanya Lulu sambil
garuk-garuk kepala.
“Ya.
Kalian senang kan jika punya baju baru?” tanya Bu Guru.
Anak-anak
lobster mengangguk. Mereka kemudian membantu Lolo melepas jahitan
yang ada di bajunya. Tak lama kemudian, baju lama Lolo terlepas
dengan sendirinya.
“Ah,
akhirnya,” gumam Lolo lega. Kini Lolo sudah tidak sakit lagi. Baju
yang dikenakannya juga malah lebih baru dari sebelumnya. Anak-anak
lobster memandangnya dengan kagum.
“KRAAAK!”
Semua
mata memandang ke arah suara yang baru didengarnya. Tampak Lulu
tersenyum melihat bajunya robek di bagian perutnya. Pertanda bahwa
sebentar lagi dia akan berganti baju.
Anak-anak
lobster pun juga ikut tersenyum. Mereka bahagia melihat Lolo dan Lulu
punya baju baru. Mungkin nanti atau esok giliran mereka yang akan
berganti baju.
Komentar
Posting Komentar