Langsung ke konten utama

Bunda Belajar Mendongeng

Tadi siang saya mencoba belajar mendongeng. Pendengarnya hanya Saka karena Reksa sedang main ke rumah tetangga. Tidak memakai alat peraga. Cara mendongengnya pun tidak umum karena saya sambil tiduran di atas karpet.

Saya memulai cerita tentang seekor binatang bernama “tokek”.
Dek Saka, ngerti suarane tokek nggak?” Pertanyaan ini saya lontarkan, agar Saka paham tentang tokoh dalam dongeng yang akan saya ceritakan.
Saka diam.
Suarane meong-meong po yo?”
Enggak. Itu suara.. Suara yang ada di rumah simbah. Suara kucing, yo” balas Saka.
Oh, iyo yo. Suara kucing. Nek suara tokek ki seperti apa, dek?”
Saka diam lagi.
Suarane ki tekeeek-tekeeek.”
Oh, suara itu, Ma. Aku ngerti. Pernah dengar suara itu di rumah lama,” ungkap Saka.

Saya pun kemudian melanjutkan cerita tentang si tokek yang sedang berangkat ke sekolah. Dia berangkat jalan kaki saja. Tidak dianter sama bundanya.
Kok nggak pake motor, Ma?” tanya Saka heran.
Ya kan biar sehat.”
“Koyok Dek Anin, Ma.” Saka menyebut nama salah satu teman sekolahnya yang berangkat dan pulang sekolah selalu jalan kaki. Padahal rumahnya cukup jauh.
Iya. Si tokek ini seperti Dek Anin yang rajin jalan kaki.”
Aku emoh jalan kaki. Aku seneng pake motor biar cepet sampe.” Saka mengungkapkan perasaannya.
Hehehe..”

Dongeng yang baru dimulai itu belum juga beranjak ceritanya karena Saka tanya terus tentang si tokek. Apakah tokeknya baik atau jahat? Saat saya menjawab kalau dia baik, Saka protes karena dia suka tokoh jahat. Dalam bayangannya jahat itu kuat dan keren. Jadilah, acara mendongeng siang tadi tidak terselesaikan dengan baik karena kami akhirnya malah tanya jawab tentang si tokek.

Saya berniat mendongeng lagi malam sebelum anak-anak tidur. Tapi, ternyata anak-anak tidur lebih awal karena kecapekan setelah sore tadi renang. Semoga esok hari masih ada waktu untuk belajar lagi.

#Mendongeng
#RumbelMenulis
#IbuProfesionalJogja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

KRAAAK!

Oleh : Maftuha Jalal Semua penghuni laut sedang sibuk di taman terumbu karang. Ada yang menghias panggung dengan ganggang dan rumput laut. Ada yang latihan paduan suara. Ada juga yang latihan menari dengan diiringi tabuhan cangkang kerang. Namun, ada satu yang tidak bergabung. Dia adalah Lolo Lobster. Lolo Lobster duduk di rumahnya. Matanya menatap sedih ke arah bajunya yang robek. “Bagaimana bisa menari jika bajuku robek begini,” ratap Lolo. Dia teringat latihan-latihannya selama ini. Dia berharap bisa tampil menari di perayaan hari laut sedunia esok hari. Tapi, tadi sewaktu akan berangkat latihan, tanpa tahu kenapa bajunya tiba-tiba robek. Sayup-sayup Lolo mendengar suara cangkang kerang ditabuh. Wah, latihannya sudah mulai. Aduh, bagaimana ini? Aku harus mencari cara agar bisa tetap ikut latihan, pikirnya dalam hati. Dia pun berjalan ke arah lemari. Tapi saat baru menggerakkan tubuhnya ... “ KRAAAK” terdengar sebuah suara di bagian bawah tubuhnya. Lolo melihat ke...

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan ...