Hari Pertama Sekolah
Senin (17/7/2017) adalah hari pertama
sekolah anak-anak. Reksa masuk TK, sedang Saka masih belajar di PAUD.
Bagi keluarga kami, hari pertama sekolah bukan berarti hari
pengurangan tanggung jawab anak dalam keluarga. Reksa tetap mempunyai
tugas menjemur pakaiannya sendiri, membereskan kamar dan
mengembalikan piring ke rak. Sedangkan Saka harus sudah mandiri dalam
hal makan dan berpakaian.
![]() |
Reksa mengembalikan piring sebelum ke sekolah (17/7/2017) |
Maka, pagi hari seusai Reksa mandi dan
sarapan, dia lantas membereskan kamarnya. Tentu saja saya masih
mengingatkannya. Kamarnya tidak begitu berantakan, jadi cukup
memindah beberapa barang ke tempatnya dan menyapu saja. Setelah
selesai beres-beres kamar, Reksa kemudian mengembalikan piring dan
menjemur pakaiannya. Ketiga tugas ini tidak membutuhkan upaya yang
besar, mengingat Reksa sedang semangat-semangatnya sekolah. Sehingga
keceriaan hatinya membuat latihan ini berjalan lancar.
![]() |
Saka memakai celana sendiri (17/7/2017) |
Sama dengan kakaknya, Saka juga
semangat sekolah. Oleh karenanya dia juga lancar-lancar saja saat
saya memintanya makan dan berpakaian sendiri. Malah saat memakai
kaos, Saka tidak saya bantu. Selain karena kaosnya yang longgar, Saka
juga ingin memakai kaosnya tanpa bantuan dari saya. Tak ketinggalan,
saya pun langsung mendokumentasikan momen spesial ini. Dan Saka pun
senang saat melihat fotonya memakai kaos sendiri.
![]() |
Saka memakai kaos sendiri (17/7/2017) |
Reksa Menangis
Kalau pada pagi hari Reksa semangat
mengerjakan tugas kesehariannya, maka sore hari bisa berbeda
ceritanya. Saat saya meminta Reksa mengembalikan piring, dia malah
menundukkan muka dan menangis. Awalnya saya bingung, apa yang salah
dengan saya? Lantas saya pun menanyakan kepadanya, mengapa dia
menangis. Reksa tidak mau menjawab. Dia terus saja menangis. Saya
bertanya apakah karena saya menyuruhnya mengembalikan piring? Dia
mengangguk. Oh, baiklah, saya menerima perasaannya.
Sebenarnya saya sudah agak lama
selesai mencuci piring. Saya tidak langsung meminta Reksa
mengembalikannya karena dia sedang bermain di luar bersama adiknya.
Maka, saat Reksa sudah selesai bermain dan mandi sore, saya
memintanya untuk mengembalikan piring. Bersamaan dengan permintaan
saya itu, ayah dan Saka sedang menonton TV. Jadi, permasalahannya
sebenarnya adalah timing yang kurang tepat. Reksa ingin menonton TV
bersama adiknya. Bukannya malah mengembalikan piring. Dia jengkel,
dan hanya bisa menangis.
Setelah mengetahui duduk perkaranya,
saya lantas bertanya pada Reksa. “Mbak ingin nonton TV?” Reksa
mengangguk. Saya akhirnya membolehkannya menonton TV sebentar sambil
berpesan agar nanti jika sudah cukup menontonnya, dia harus
mengerjakan tugasnya. Reksa menyetujui. Dia mengusap air matanya dan
tertawa bersama adiknya menonton TV. Dua puluh menit kemudian, saya
meminta anak-anak mematikan TV dan mengingatkan Reksa akan tugasnya.
Kali ini Reksa mengembalikan piring dengan wajah ceria.
Catatan penting hari ini ialah orang
tua harus peka terhadap situasi dan kondisi. Terkadang anak enggan
mengerjakan tugasnya dikarenan timing yang tidak tepat. Seperti yang
terjadi kemarin sore. Reksa enggan mengembalikan piring karena
tergoda tayangan TV. Saya bukan anti TV dan gadget. Saya hanya
membatasi anak dalam mengkonsumsi kedua alat tersebut. Jadi, jika
waktunya bermain ya bermain. Jika waktu mengerjakan tugas ya
mengerjakan tugas. Upayakan tidak ada godaan saat anak mengerjakan
tugas hariannya. Terus terang kemarin sore, saya lalai dalam
menghindarkan godaan tersebut. Belum ada koordinasi antara saya dan
ayah tentang permasalahan ini. Semoga ke depan, hal tersebut tidak
terjadi lagi.
#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari
Komentar
Posting Komentar