Langsung ke konten utama

DAY 4 : Tantangan 10 Hari Menstimulasi Anak Suka Membaca


Meski sudah menjadi kebiasaan keluarga kami, pelaksanaan game ini cukup menantang karena ada kejadian tak terduga yang harus kami prioritaskan. Senin, 29 Oktober 2017, Simbah Jalal (Bapak saya) dipanggil ke hadirat Allah SWT. Oleh karenanya, sejak hari itu kami lebih sering berada di kediaman simbah di Galur. Acara reading time yang biasa kami agendakan ba'da maghrib, beberapa kali harus hilang karena kesibukan saya mempersiapkan acara tahlilan setiap malamnya. Anak-anak juga lebih asyik bermain dengan saudara sepupu yang sebelumnya jarang mereka temui.
Disamping pelaksanaannya yang kadang tak terselenggarakan, tantangan lainnya adalah pada pelaporannya. Ada hari-hari tertentu kami berhasil membaca buku bersama, namun pelaporannya tertunda karena setelah tahlilan usai, saya sudah tidak kuat melek. Sementara saat pagi tiba, saya sudah harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang lain dan mesti wira-wiri mempersiapakan acara tahlilan lagi. 

Buku "Popo Si Bintang Rock"
 
Rabu (31/10/2017), saya bersama Saka berhasil membaca buku “Popo si Bintang Rock dan Cerita-Cerita Lainnya” karya Kak Yovita Siswati. Waktu itu Saka minta dibacakan cerita berjudul “Ada Monster Dalam Lemariku” dan “Popo Punya Adik Baru”. Cerita “Ada Monster Dalam Lemariku” selalu menjadi cerita wajib saat Saka ingin dibacakan buku ini. Meski judulnya agak menakutkan, Saka malah ketagihan dibacakan karena dia tertarik dengan hal-hal yang berbau hantu dan monster. Hehe.. Mungkin perasaan Saka ikut terwakili saat membaca cerita ini. Takut, tapi tertantang untuk mengetahui monster apakah yang ada di lemari itu?
Adapun saat membaca cerita yang berjudul “Popo Punya Adik Baru”, Saka senang karena dia merasa sudah besar seperti Popo. Walau Saka belum punya adik, dia merasa dirinya sebesar dan sehebat Popo. Bisa ikut membantu menjaga adik saat Ibu ada pekerjaan yang lain. Biasanya saat membacakan buku ini, Reksa juga merasa jadi keren karena kedudukannya sebagai seorang kakak dalam keluarga. Sayangnya, Rabu kemarin saya hanya membaca buku bersama Saka saja karena Reksa belajar di sekolah.
Seperti label dalam sampul buku ini yakni “Emotional Intelligence Stories For Kids”, buku ini memang bisa mewakili perasaan anak-anak yang kadang senang, takut, cemburu, ragu-ragu dan mempunyai rasa bersalah. Bersama Popo, landak biru berambut jabrik, anak-anak jadi tahu bagaimana mesti bersikap saat perasaan itu mendatangi mereka. Sebagai orang tua, saya pun ikut belajar bagaimana seharusnya orang tua bersikap jika anak mereka menghadapi perasaan-perasaan tersebut.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KualiahBunsayIIP
#ForThingsChangeIMustChangeFirst

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum