Senin (6/11/2017) ba'da maghrib, Saka
minta baca buku Kumpulan Dongeng Kesetiakawanan “Guru Baru di
Sekolah Badut dan 9 Dongeng Seru Lainnya” karya Kak Dian Kristiani.
Sebenarnya buku ini sudah sering saya bacakan karena Saka menyukai
salah satu cerita di dalamnya yang berjudul “Jo si Hantu Pemalu.”
Senin kemarin pun, Saka minta dibacakan lagi. Dan sudah bisa ditebak,
cerita yang ingin dibacanya adalah cerita “Jo si hantu Pemalu.”
![]() |
Buku "Guru Baru di Sekolah Badut" |
Belum juga mulai dibacakan, Saka sudah
bertanya, “Ma, kok kakinya nggak ada?” tanyanya heran sambil
menunjuk gambar tengkorak. “Ada yo, Dek. Kakinya di belakang. Tidak
kelihatan,” jawab Reksa. “Ma, kok tangannya rusak?” tanya Saka
lagi sambil menunjuk gambar tangan tengkorak yang tinggal tulang
belulang. “Itu namanya tengkorak. Ya memang sudah “prothol/rusak”
semua. La wong, sudah mati.” Saya menanggapi pertanyaan Saka, yang
entah dipahaminya atau tidak.
Ilustrasi cerita “Jo si Hantu
Pemalu” memang menarik. Full colour dengan penggambaran tokoh yang
unik. Ada drakula yang bergigi tajam dan berjubah hitam. Ada mumi
yang semua tubuhnya tertutup kain sehingga hanya matanya yang
kelihatan menyeramkan. Ada tengkorak yang tinggal tulang belulang
berdiri dengan sempoyongan. Dan ada juga zombie yang bermata sendu,
mulut bergelombang dan mengenakan baju compang-camping.
Penggambaran hantu seperti itu
membuat Saka betah bolak-balik minta dibacakan cerita ini. Saya tidak
tahu apakah dia memahami isi ceritanya atau tidak karena saat
dibacakan cerita ini, Saka sering fokus pada gambar hantunya. Hehe..
Jika tidak bertanya mengapa begini mengapa begitu, Saka akan
menjelaskan dua gambar yang sama. Gambar yang besar di halaman
sebelah kiri adalah ibunya. Sementara gambar yang kecil di sebelah
kanan adalah anaknya.
Saya memang sengaja membiarkan Saka
menceritakan apa yang dia tangkap melalui gambar tersebut. Mengapa?
Karena proses menceritakan tersebut adalah bagian dari cara belajar
Saka berbicara. Tantangannya adalah bila reading time ini berbarengan
dengan kakaknya. Biasanya Reksa jadi marah-marah dan tidak sabar
karena Saka bolak-balik nanya dan lebih banyak cerita sendiri. Reksa
ingin saya segera menuntaskan ceritanya. Bukan malah mendengarkan
Saka bercerita. Hehe..
Meski saya sudah meminta Reksa agar
lebih bersabar, kadang Reksa masih ngomel-ngomel. Karena
kejadian tersebut sering berulang, saya pun membuat aturan sesi
reading time. Bahwa masing-masing anak akan dibacakan buku secara
bergantian. Siapa yang lebih dulu minta dibacakan buku, maka dia
mendapat giliran pertama. Anak lainnya harus rela menjadi nomer dua.
Dan sewaktu saya membacakan buku, tiap anak diharap bersabar ikut
mendengarkan sampai cerita usai.
#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KualiahBunsayIIP
#ForThingsChangeIMustChangeFirst
Komentar
Posting Komentar