Langsung ke konten utama

Aliran Rasa Game Level 2


Saya agak kaget saat mendapat materi kedua Kuliah Bunda Sayang yakni melatih kemandirian anak. Mengapa? Karena saya sudah memasukkan unsur kemandirian dalam pelaksanaan game level 1. Jadi, game level 1 yang titik tekannya pada praktek komunikasi produktif, saya sisipi misi kemandirian anak. Alasannya, agar apa yang saya kerjakan nantinya ada sesuatu yang ingin dicapai.
Meski demikian, saya menyambut baik materi tersebut karena kemandirian adalah salah satu nilai penting dalam keluarga kami. Saya dan anak-anak juga sangat antusias menjalankannya. Sejak awal, saya sampaikan pada anak-anak bahwa kita adalah tim. Sebagai tim, kita mesti berbagi tugas dalam keluarga. Reksa saya beri tugas tambahan, selain yang biasa sudah dikerjakannya. Sementara Saka, saya upayakan tuntas dalam mengurus dirinya sendiri.
Hari-hari pertama menjalankan tantangan tersebut, cukup nano-nano. Kadang anak-anak sangat kooperatif, kadang sampai menangis, kadang ngambek, dan kadang justru jadwal saya yang mendadak membuat semuanya kacau. Hehehe.. Bersyukur, game kemandirian ini dilatihkan setelah materi komunikasi produktif, jadi bisa sangat mendukung dalam pelaksanaannya. Saat anak menangis, saya tahu apa yang mesti saya sampaikan pada anak. Begitupun saat anak ngambek dan cuek.
Setelah melewati hari-hari pertama, upaya melatih kemnadirian anak menjadi lebih mudah. Reksa sudah tahu apa yang menjadi tanggung jawabnya. Jika dulu saya mesti mengingatkan, saat ini dia sudah paham saat melihat piring bersih menumpuk di dekat rak. Itu artinya, dia harus meletakkan piring tersebut ke dalam rak. Begitupun dengan Saka, dia sudah berupaya makan dan memakai pakaian sendiri tanpa perlu merengek minta bantuan saya.
Saat ini, anak-anak malah jadi antusias ingin membantu setiap pekerjaan rumah tangga. Seperti saat saya bersih-bersih kamar mandi atau mencuci baju. Mereka langsung ingin membantu. Ya, walaupun dengan mengorbankan pakaian bersih yang sudah dikenakannya. Hehehe.. Tak apa. Inisiatif anak-anak lebih berharga dibandingkan dengan kebersihan pakaian. Kebersihan pakaian biarlah mesin cuci yang menanganinya. 
 
Alhamdulillah, dapet badge cantik

#gamelevel2
#bundasayang
#IIP
#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

Membuat Hasta Karya Bentuk Hati

Kehadiran teman, sering memicu kreativitas anak-anak. Seperti sore beberapa hari yang lalu. Mbak Septi, tetangga kami main ke rumah. Sudah pasti anak-anak sangat senang. Berbagai permainan mereka mainkan. Mulai dari permainan fisik seperti naik sepeda hingga permainan imajinatif seperti bermain peran. Setelah lelah bermain, sore itu anak-anak mengambil kertas warna. "Bikin love, Yuk!" ajak Mbak Septi. Maksudnya bikin bentuk hati dari kertas warna. "Ayuk," Reksa mengambil kertas dan spidol. Keduanya lantas menggambar bentuk hati di atas kertas warna. Setelah selesai menggambar, keduanya pun mengguntingnya. Tertarik dengan aktivitas keduanya, saya pun ikut membuat bentuk hati. Saya menggunakan teknik yang berbeda dengan anak-anak. Setelah selesai menggunting, saya perlihatkan karya saya pada anak-anak. "Nih, buatan Bunda. Kanan kirinya sama kan?" Reksa dan temannya mengamati hasil karya saya. "Iyae, Bun." "Biar sama, cara bikinnya d...

MELUNCUR DI ATAS JAHE

“Teeet! Teeet! Teeet!” Suara bel berbunyi tiga kali. Tanda ujian berakhir. “ Alhamdulillah...”, ucapku pelan. Lega rasanya ujian semester ini telah berakhir. Bergegas aku mengumpulkan lembar jawaban ke depan. Ternyata aku yang paling akhir. Setelah mengambil tas, aku duduk di samping kursi Maikah. “Mai, aku dengar kabar dari kelas 6, liburan ini kita akan diajak outbond ke Gua Pindul lho..” bisikku pada Maikah. Sudah menjadi kesepakatanku dengan Maikah, pada masa-masa ujian seperti sekarang ini, pantang bagi kami berdua membahas soal ujian sekolah. Maikah menoleh. “Oya? Asyik dong! Jadi pengen beli gatot sama tiwul.” “Ah, kau! Makanan aja yang diingat,” kucubit perut Maikah yang semakin buncit. Maikah memasukkan peralatan tulis ke dalam tas. “Memang sudah pasti ke Gua Pindul?” tanya Maikah ragu-ragu. Aku mengedikkan bahu. “Yah, semoga aja” Topik tentang liburan semester memang selalu hangat dalam perbincangan kami. Sudah seminggu kami sekelas membincangkan topi...