Langsung ke konten utama

Aliran Rasa Game Level 1


Ada tiga misi yang ingin saya kerjakan kaitannya dengan game level 1. Ketiga misi tersebut adalah sebagai ajang melatih kemandirian Saka, melatih konsistensi life skill Reksa dan sebagai upaya memahami pasangan.
Dua misi pertama tidaklah sulit dipraktekkan karena sebelumnya sudah pernah saya coba upayakan. Permasalahannya, hanyalah pada saya sendiri yang kurang konsisten melatihkan. Nah, pada game level 1 ini, tugas saya adalah lebih teguh pendirian melatihkan dengan komunikasi yang produktif.
Bersyukur, berkat materi komunikasi produktif yang komplit, saya jadi lebih mengerti bagaimana saya mesti berkomunikasi terhadap anak-anak. Terutama ketika anak-anak berusaha mempertanyakan keteguhan saya. Apakah bunda hanya sebentar saja menjalankan apa yang menjadi komitmennya? Apakah komitmen bunda bisa di-nego? Jika bisa, sampai sejauh mana upaya negosiasi bisa dilakukan?
Adapun untuk misi ketiga, terus terang saya masih keteteran menjalankannya. Jika menilik ungkapan bahwa “hasil komunikasi adalah tanggung jawab pemberi pesan” maka sayalah penyebab keteteran tersebut. Terutama saat saya mengalami emosi negatif, seperti saat marah atau jengkel terhadap pasangan. Saya belum bisa memilah antara menyampaikan pesan dengan menyalurkan emosi. Keduanya sering terjadi bersamaan sehingga hasilnya jadi tak karuan.
Meskipun demikian, game level 1 ini menjadi pijakan bagi saya dalam memperbaiki komunikasi dengan pasangan. Saat emosi negatif menguasai, saya berusaha sadar diri dan mengingat kembali materi komunikasi produktif yang saya dapatkan. Apa yang sebaiknya harus saya lakukan? Dan bagaimana cara melakukannya? Apakah dengan kaidah 2C atau dengan cara yang lain? Cara ini cukup lumayan membuat komunikasi menjadi lebih produktif dibanding sebelumnya.
Secara keseluruhan, ada 3 capaian yang saya dapat dari Game Level 1 “Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif”. Pertama, saya lebih kreatif dalam berkomunikasi dengan anak dan pasangan. Kedua, saya jadi selalu berpikir ke depan. Setiap komunikasi yang saya praktekkan, saya upayakan dalam rangka melahirkan anak-anak yang lebih baik. Ketiga, anak-anak menjadi lebih mandiri.
Alhamdulillah, dapat badge keren

#gamelevel1
#bundasayang
#IIP
#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum