Langsung ke konten utama

DAY 6 : Tantangan 10 Hari Family Project


Nama Project : Brownies Manis
Gagasan : Sudah agak lama saya ingin membuat kue bersama anak-anak. Tidak perlu bikin kue dengan resep yang njlimet. Cukup yang sederhana saja, yang penting anak-anak terlibat dari awal sampai akhir. Nah, saat saya belanja bulanan untuk jatah tetangga, saya sekalian beli tepung brownies “Nutricake Brownies”.
Melihat saya punya tepung tersebut, Reksa minta langsung dibuat. Karena loyangnya belum ada, terpaksa keinginan Reksa mundur beberapa hari. Baru pada tanggal 18 Agustus 2017, saya bertekad untuk mewujudkan keinginan Reksa.
Penanggung Jawab : Reksa (Ratu Kue)
Waktu Pelaksanaan : 18 Agustus 2017

Bahan dan peralatan yang dibutuhkan (18/8/2017)

Pelaksanaan : Saat menjemput Reksa, saya bilang padanya kalau hari ini kita akan bikin brownies. Dia langsung sumringah. Saya mengajaknya membeli loyang bersama Saka. Berhubung belum tahu dimana toko yang jual loyang, saya mendatangi toko terdekat yang kemungkinan jualan loyang. Ternyata toko yang berada di dekat keluarahan tidak menjual loyang. Kami lanjut ke toko bahan kue yang dulu biasa saya datangi. Ternyata di toko tersebut juga tidak jual. Akhirnya, kami menemukan loyang di toko Isi Omah Wates.
Setibanya di rumah, kami langsung praktek. Seperti biasa, Reksa yang menyiapkan bahan dan peralatannya. Reksa juga yang mencampur bahannya. Kebetulan hanya mencampurnya dengan centhong saja. Tidak perlu mixer. Jadi, Reksa dan Saka bisa dengan mudah mencampurnya. Terus apa tugas Bunda? Bunda bagian yang berkenaan dengan kompor. Seperti, mencairkan margarin, memasukkan loyang ke dalam pengukus dan mengecek apakah kue sudah matang atau belum.

Memasukkan adonan ke dalam loyang (18/8/2017)

Dalam praktek ini, anak-anak sangat bersuka cita. Terlebih saat mencampur adonan, anak-anak berebutan ingin mengaduk. Saat mencoba mencicip adonan, anak-anak ketagihan. Hehe.. Terpaksa saya ambil alih adonannya agar tidak terlalu banyak yang mereka makan.
Apresiasi : Anak-anak senang bikin kue brownies. Pada waktu memasak maupun setelahnya. Saya yang masih cerewet karena anak-anak waktu mencampur adonan, sambil bermain. Saya takut browniesnya bantat karena keseringan dipukul-pukul loyangnya. Hehe.. Jadi, ke depan saya ingin mencoba membuat kue lagi untuk melatih kesabaran saya dalam menemani anak-anak belajar. 

Taraaa.. Kue Brownies Manis sudah jadi (18/8/2017)
 
#Day6
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum