Saka
Minta Agar-agar
Saat
berada di dapur, Saka melihat ada bungkus agar-agar swallow di meja.
Saka sempat bertanya apakah isi bungkusan warna kuning tersebut. Saya
katakan bahwa bungkusan itu adalah agar-agar mentah. Tidak enak
dimakan. Kalau mau maem ya harus dimasak dulu agar-agar itu. Saka
saat itu juga minta dibuatkan agar-agar. Berhubung saya sedang
menggoreng telur untuk sarapan anak-anak, saya bilang sama Saka kalau
masak agar-agarnya nanti setelah sarapan pagi.
Setelah sarapan pagi, saya pikir Saka
sudah lupa dengan keinginannya minta agar-agar. Ternyata tidak, Saka
tetap minta dibuatkan agara-agar.
“Ma, agar-agar.” Saka merengek
minta dibuatkan agar-agar.
“Ya. Nanti dibuatkan agar-agar.
Sekarang Saka maem telur dulu, ya.” Saya mendekatkan piring berisi
nasi dan telur dadar ke arah Saka.
“Saka udah.”
“Lah, kok sedikit maemnya? Biasanya
adek maemnya buanyak,” kataku heran.
“Saka maem buanyak,” timpalnya
dengan intonasi suara meninggi. Maksud perkataannya adalah Saka sudah
makan banyak.
Saya tahu Saka makan sedikit karena
ingin segera dibuatkan agar-agar. Saya pun berpikir bagaimana caranya
Saka makan lebih banyak lagi. “Saka maem tiga kali lagi, nggeh?
Nanti gunungnya meletus enggak?”
“Ho oh.” Saka antusias makan
lagi.
Saya kemudian membuat tiga gunungan
nasi kecil yang di dalamnya diisi telur dadar. Setiap kali Saka
menelan gunungan nasi tersebut, saya mengiringinya dengan suara
letusan gunung berapi. “Dhuuaar”. Setelah tiga kali gunung
nasinya masuk mulut Saka, saya kemudian memenuhi janji membuatkannya
agar-agar.
![]() |
Bikin Es krim (8/6/2017) |
“Waa.. Gunungnya sudah meletus
semua. Yuk, sekarang kita buat agar-agar,” ajakku heroik seperti
Komandan Benteng Takeshi. Hihihi..
“Yeee...,” Saka dan Reksa senang.
Kami kemudian berjalan menuju dapur.
Saya mengambil bungkus agar-agar, santan kara dan panci. Reksa
bertugas menggunting bungkus kara dan menuang santannya ke dalam
panci. Sedang Saka bagian menggunting bungkus agar-agar. Saya menakar
air yang hendak dicampur dengan santan. Anak-anak bergantian
menuangnya ke panci menjadi satu. Setelah diaduk rata, saya
memasaknya sampai mendidih.
Seusai mematikan kompor, saya mengaduk
terus selama 5 menit supaya santan bisa tercampur rata. Baru kemudian
menuangnya ke dalam wadah plastik. Reksa ikut membantu menuangnya
dengan panduan Bunda. Adapun Saka bertugas sebagai ketua kebersihan.
Dialah yang wira-wiri membuang sampah ke tempat. Selama proses
membuat agar-agar, anak-anak sangat kooperatif. Mereka juga banyak
bertanya mengapa begini mengapa begitu. Saya senang menjawabnya satu
persatu.
Acara memasak agar-agar selesai,
lanjut bikin es krim. Kebetulan sewaktu ke Wates, saya sengaja
membeli tepung es krim pondan. Seperti saat membuat agar-agar,
anak-anak mendapat tugas menggunting kemasan tepung pondan dan
menuangnya ke dalam wadah panci. Bunda hanya bertugas mengukur air es
dan memasang mixer. Anak-anak tak sabar menunggu es krim jadi. Mereka
sesekali menggambil adonan dan memakannya. Saya membolehkannya asal
tidak berlebihan.
Mendadak
ke Jogja
Berhubung tidak ada acara dan
pekerjaan sedang tidak padat, ayah mengajak ke Jogja. Ayah memberi
tahu rencana tersebut pagi hari. Saya pikir berangkatnya sekitar jam
2 siang setelah ayah bangun. Ternyata saat adzan dhuhur berkumandang,
ayah sudah bangun dan bersiap diri berangkat ke Joga. Saya yang masih
riweh dengan anak-anak jadi tergesa-gesa.
“Yah, anak-anak belum siap. Biar
makan siang dulu, ya. Takutnya nanti rewel.” Saya bilang ke Ayah
agar bisa mengerti kondisi saya.
Kembali kaidah 2C saya terapkan agar
tidak ada prasangka di antara kami. Saya lega bisa menyampaikan
kondisi saya yang sebenarnya. Jadi saya tidak terburu-buru menyiapkan
diri. Sementara ayah juga bisa mengerjakan pekerjaannya sembari
menunggu kami siap berangkat. Akhirnya, pukul satu siang kami
berangkat ke Jogja.
![]() |
Anak-anak bermain di Kids Fun Progo (8/6/2017) |
#level1
#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Komentar
Posting Komentar