Langsung ke konten utama

Matematika ; Jembatan Inisiatif Reksa


Sudah lama saya mempunyai angan-angan membuka taman bacaan di rumah. Rasanya sayang sekali jika buku-buku yang ada di rumah hanya kami manfaatkan untuk keluarga sendiri. Akan lebih membahagiakan jika buku-buku tersebut dimanfaatkan juga oleh tetangga sekitar.

Setelah ngobrol panjang dengan seorang sahabat yang lebih dulu membuka taman bacaan di rumah, saya akhirnya memantapkan diri untuk membuka taman bacaan juga. Kerja nyata dimulai hari Sabtu kemarin (2/12/2017), kami membeli rak buku yang ukurannya agak besar. Rak tersebut kami beli dalam bentuk kardusan sehingga harus dirangkai sendiri agar bisa berdiri tegak. 
 
Kondisi rak sebelum buku ditata

Tentu saja yang siap bertugas merangkainya adalah ayah. Awalnya, ayah mengecek semua kayu dan perlengkapan dari pabrik. Setelah dicek bahwa semuanya sesuai yang tertulis dalam buku manual, langkah selanjutnya menyatukan kayu satu dengan perlengkapan yang sesuai. Tujuannya untuk memudahkan dalam proses merangkainya.

Saat menyatukan tersebut, Ayah menulis angka di kertas dan menempelnya di kayu. Dimulai dari angka 1 hingga belasan. Melihat ayah ribet menulis dan menempel, Reksa inisiatif membantu ayahnya.
Yah, Reksa pengen bantu,” ujar Reksa menyampaikan keinginannya pada Ayah.
Ayah melihat ke sekeliling. Masih bingung mau memberi Reksa tugas apa.
Boleh to, Yah? Reksa pengen bantu,” katanya mengulang permintaannya lagi.
Boleh.” Ayah pun mengangsurkan bolpoin dan kertas. “Reksa bagian nulis angka, ya!”
Ya,” jawab Reksa. “Angka berapa, Yah?”
Tulis angka tujuh!” perintah Ayah pada Reksa.
Reksa pun kemudian menulis angka tujuh di kertas kecil. “Ini, yah,” ucapnya sambil memberikan kertas kecil yang sudah ditulisi angka tujuh pada Ayah.
Oya, terima kasih,” balas Ayah sambil menerima kertas. Kertas itupun ditempel plester bening yang kemudian ditempelkannya di kayu. “Tulis lagi angka delapan, ya!”
Reksa kembali menulis angka delapan di secarik kertas, kemudian diberikannya pada Ayah. “Kalau angka 9 kepiye, Yah?” tanya Reksa bingung saat mau menulis angka sembilan.
Sini, lihat, Ayah, yo,” timpal Ayah sambil menuliskan angka sembilan. Reksa memang kadang masih bingung saat mau menulis angka. Yang seharusnya angka tersebut menghadap ke kiri, malah hadapnya ke kanan. Hehe.. Meski demikian, akhirnya Reksa selesai juga membantu ayah menulis angka hingga belasan. 
 
Kondisi rak setelah buku ditata sebagian

Saya senang melihat Reksa punya inisatif membantu ayah. Saya juga senang saat melihat ayah mau melibatkan anak dalam proses ini. Kelihatannya sederhana, tapi dari sinilah kami belajar bersama. Ayah belajar mengapresiasi inisiatif anak. Sedangkan, Reksa belajar bahwa inisiatifnya sangat berharga dalam membantu ayahnya. Dan matematikalah yang menjadi jembatan inisiatif itu terwadahi.

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan ...