Langsung ke konten utama

Ketika Saka Ingin Jajan


Ma, rasane aku pengen jajan je.” Saka memulai percakapan saat saya sedang menyapu lantai.
Saya tetap meneruskan pekerjaannya. Tidak begitu memperhatikan apa yang diucapkan Saka. Lebih tepatnya, saya enggan membahas perihal jajan lebih jauh.
Ma, aku pengen jajan. Ayo, beli ke Mas Pangat, Ma!” Saka mulai merengek.
Saya menaruh sapu dan mendatangi Saka. Memegang kedua tangan dan menatap mata Saka. “Dek, kalau laper, makan nasi. Bukan jajan.”
Emoh. Aku bosen,” rengek Saka mulai menangis.
Jajan itu boleh. Tapi tidak setiap hari. Kemarin kan adek Saka sudah dibelikan es krim sama Bunda. Ya sudah, jangan jajan lagi. Uangnya ditabung dulu.” Saya menjelaskan panjang lebar.
Huhuhu...” tangis Saka semakin keras.

Bunda membiarkan Saka menangis beberapa saat. Setelah cukup menangisnya, Bunda mendatangi Saka. “Adek Saka mau dibuatkan teh anget atau air putih saja?”
Teh anget, Ma,” jawab Saka.
Ya. Bunda buatkan teh, ya.” Saya pun beranjak mengambil gelas dan mulai membuatkan Saka teh anget. Setelah teh anget jadi, saya mengangsurkannya pada Saka. Lantas Saka pun meminumnya sesendok demi sesendok.

Beberapa saat kemudian, saya memulai obrolan dengan Saka.
Dek, uang itu bukan untuk jajan aja. Sebagian buat beli bensin. Biar Saka bisa jalan-jalan. Kalau mobilnya nggak diisi bensin bisa jalan nggak?”
Enggak.”
Nah, itu. Sebagian lagi uangnya buat beli maem di Mbak Lami. Kalau jajan terus, ya nanti Dek Saka sarapan apa?”
Saka diam sejenak. Mungkin sedang berpikir.
Jajan itu boleh. Tapi, tidak setiap hari. Uangnya ditabung dulu.” Bunda memberi pemahaman lagi.
Saka mengangguk.
Alhamdulillah.. Saya bersyukur dalam hati.

#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum

Bunda Belajar Mendongeng

Tadi siang saya mencoba belajar mendongeng. Pendengarnya hanya Saka karena Reksa sedang main ke rumah tetangga. Tidak memakai alat peraga. Cara mendongengnya pun tidak umum karena saya sambil tiduran di atas karpet. Saya memulai cerita tentang seekor binatang bernama “tokek”. “ Dek Saka, ngerti suarane tokek nggak?” Pertanyaan ini saya lontarkan, agar Saka paham tentang tokoh dalam dongeng yang akan saya ceritakan. Saka diam. “ Suarane meong-meong po yo?” “ Enggak. Itu suara.. Suara yang ada di rumah simbah. Suara kucing, yo” balas Saka. “ Oh, iyo yo. Suara kucing. Nek suara tokek ki seperti apa, dek?” Saka diam lagi. “ Suarane ki tekeeek-tekeeek.” “ Oh, suara itu, Ma. Aku ngerti. Pernah dengar suara itu di rumah lama,” ungkap Saka. Saya pun kemudian melanjutkan cerita tentang si tokek yang sedang berangkat ke sekolah. Dia berangkat jalan kaki saja. Tidak dianter sama bundanya. “ Kok nggak pake motor, Ma?” tanya Saka heran. “ Ya kan biar se