Langsung ke konten utama

HARI PERTAMA SEKOLAH REKSA

Sebelum mengetik tulisan ini, kulihat kapan entry terakhir blog ini. Olala... Tanggal 3 Agustus 2014. Itu artinya hampir dua tahun blog ini tak berpenghuni. Kemana aja tuan rumahnya? Hehe..

Baiklah, mari kita mulai semuanya dari awal. Tidak ada kata terlambat. Menunggu semuanya sempurna sebelum kita melangkah hanya akan membuat kita tidak jadi melangkah. Kita? Saya, kalii.. Hehe..

Dengan maksud untuk mendokumentasikan aktivitas anak-anak, blog ini insyaAllah akan kembali aktif.


HARI PERTAMA SEKOLAH

Senin, tanggal 18 Juli 2016 kemarin Reksa berangkat PAUD untuk Tahun Ajaran 2016/2017. Pagi, setelah bangun tidur, Bunda mengingatkan bahwa Reksa hari itu masuk PAUD. Seumpama Reksa ingin berangkat ya ia harus segera mandi dan berpakaian agar tidak terlambat. Rupanya ia sangat antusias masuk PAUD. Jadilah tanpa berlama-lama ia mandi dan kemudian berpakaian seragam PAUD. Giliran selanjutnya Bunda memandikan Saka karena kami selalu berangkat bertiga. Reksa sebagai peserta didik, Bunda dan Saka sebagai penggembira. Hehe..

Kami berangkat jam 08.00 WIB. Lebih awal 30 menit dari biasanya. Sebuah prestasi bagi kami. *plok plok plok. Padahal masuk sekolahnya jam 08.00 WIB. Iki simboke kepiye? Hihi.. Kami berangkat dan pulang jalan kaki. Saka jelas "nggamblok" simboke alias minta gendong karena jalannya seperti jalan yang dilalui Ninja Hatori. Mendaki gunung, lewati lembah.

Foto dulu di depan kebon jati deket rumah sebelum berangkat.

Sesampainya di sekolah yang berjarak kurang lebih 600 meter dari rumah kami, alhamdulillah pelajaran belum dimulai. Ibu guru dan orang tua siswa masih bersih-bersih tempat belajar. Oya, tempat belajar kami sangat sederhana. Berada di teras depan rumah salah satu tokoh masyarakat. Tanpa meja dan kursi. Lesehan dengan beralaskan tikar. Meski terlihat sederhana, saya justru senang karena dengan duduk lesehan, anak-anak jadi mudah bergerak kesana kemari.

Berhubung hari pertama sekolah masih dalam nuansa lebaran, jadi belum ada materi belajar. Anak-anak bersama guru dan orang tua syawalan yang kemudian dilanjutkan dengan merayakan hari ulang tahun Widya. Alhamdulillah, dapat syukurannya Mbak Widya. Nasi pulen dengan lauk yang mak nyus. Rejeki kami bertiga yang sejak pagi belum makan. Hanya sarapan roti saja. Hihihi..

Yang istimewa di PAUD Kalisoka, tempat belajar Reksa, penggembira seperti saya dan Saka pun mendapat jatah setiap ada pemberian snack atau nasi seperti saat ulang tahun kemarin. Alhamdulillah.. Rejeki tidak baik jika ditolak. Hehe..

Kami, orang tua murid, bersama dengan guru sudah seperti keluarga. Bermain dan belajar yang diselenggarakan di PAUD bukan milik guru dan murid saja, namun juga milik orang tua. Para orang tua juga ikut menemani anak saat beraktivitas. Semisal bernyanyi, bertepuk, berdoa, membuat prakarya hingga jalan-jalan. Saya sebagai orang tua saat menemani Reksa sekolah seperti terlahir kembali karena bisa menikmati tawa dan keceriaan anak-anak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum

Bunda Belajar Mendongeng

Tadi siang saya mencoba belajar mendongeng. Pendengarnya hanya Saka karena Reksa sedang main ke rumah tetangga. Tidak memakai alat peraga. Cara mendongengnya pun tidak umum karena saya sambil tiduran di atas karpet. Saya memulai cerita tentang seekor binatang bernama “tokek”. “ Dek Saka, ngerti suarane tokek nggak?” Pertanyaan ini saya lontarkan, agar Saka paham tentang tokoh dalam dongeng yang akan saya ceritakan. Saka diam. “ Suarane meong-meong po yo?” “ Enggak. Itu suara.. Suara yang ada di rumah simbah. Suara kucing, yo” balas Saka. “ Oh, iyo yo. Suara kucing. Nek suara tokek ki seperti apa, dek?” Saka diam lagi. “ Suarane ki tekeeek-tekeeek.” “ Oh, suara itu, Ma. Aku ngerti. Pernah dengar suara itu di rumah lama,” ungkap Saka. Saya pun kemudian melanjutkan cerita tentang si tokek yang sedang berangkat ke sekolah. Dia berangkat jalan kaki saja. Tidak dianter sama bundanya. “ Kok nggak pake motor, Ma?” tanya Saka heran. “ Ya kan biar se