Langsung ke konten utama

Membuat "Moving Fish"

Sesuai janji saya di posting sebelumnya, saya akan menceritakan pengalaman saya dalam menemani anak-anak membuat prakarya di rumah. Berhubung prakarya yang sudah dibuat cukup banyak, saya akan memulainya dengan menceritakan proses membuat prakarya berupa "moving fish" pada hari Sabtu (16/7/2016).

Ide membuat "moving fish" ini saya dapat dari share Mbak Arleen di beranda facebook. "Moving fish" adalah salah satu dari ribuan ide prakarya yang ada di website krokotak. Sepintas melihat video cara pembuatannya membuat saya tertarik untuk segera mengekseskusinya. Alasannya, karena cara pembuatan "moving fish" yang sederhana, bahannya mudah didapat yakni kertas warna, dan hasilnya sangat menarik bagi anak-anak.

Jadilah, Sabtu pagi seusai beberes rumah, saya mengajak Reksa mengeksekusi ide tersebut. Petunjuk yang ada di website krokotak sangat mudah. Selain ada panduan foto, juga terdapat video yang bisa ditonton bersama. Saya memilih menunjukkan foto proses pembuatannya hingga menjadi sebuah karya kepada Reksa. Tujuannya tentu saja agar Reksa tertarik terlebih dahulu sebelum membuat prakarya.

"Ya ya, bagus, Bunda," komentarnya senang melihat foto yang saya tunjukkan dari laptop.

Langkah selanjutnya adalah mengambil 4 kertas warna yakni merah muda, kuning, hijau dan biru. Saya melipat kertas tersebut sambil mengatakan kepada Reksa proses membuatnya. Reksa mendapat bagian tugas menggunting kertas yang sudah saya lipat. Untuk memudahkannya menggunting, saya membuat garis-garis berjarak.

Berbarengan dengan Reksa menggunting lipatan kertas yang akan menjadi badan ikan, saya membuat mulut, mata, sirip kanan kiri dan ekor. Seusai Reksa menggunting semuanya, kami berdua menempel mulut bawah ikan agar pas dengan mulut atasnya, memasang mata agar terlihat lebih hidup, juga menempel sirip dan ekornya.

Tak butuh waktu lama, ikan yang kami buat pun sudah jadi. Oya, saya juga membuatkan ikan untuk Saka. Jadi, ikan yang kami buat ada dua, satu berwarna merah muda untuk Reksa dan satu lagi berwarna biru untuk Saka.

Moving Fish untuk Saka

Sayangnya, ikan warna merah muda yang dalam proses pembuatannya banyak melibatkan Reksa belum sempat saya foto sudah raib. Reksa membawanya ke rumah saudara sepupunya dan "ketlingsut" entah kemana. Hiks..Hiks.. Pelajaran berharga dari proses membuat "moving fish" ini adalah dokumentasikan hasil prakarya anak-anak sebelum karya tersebut rusak atau hilang.

Adapun catatan dari proses membuat "moving fish" ini adalah :

a. Pancing anak agar tertarik dengan prakarya yang akan dibuat
Poin ini penting sebagai pemantik semangat anak membuat prakarya. Caranya bisa dengan menunjukkan gambar prakarya yang akan kita buat. Biasanya di website seperti krokotak, gambarnya warna-warni sehingga anak jadi tertarik membuatnya. Proses pembuatannya pun disertai gambar step by step sehingga ada bayangan di benak anak apa saja yang akan ia kerjakan. Bisa juga dengan memperlihatkan video tutorial cara membuatnya. Beberapa website menyertakan video tutorial untuk memudahkan anak membuatnya.

b. Libatkan anak sesuai kemampuannya
Sebagai orang tua kita harus mengerti seberapa jauh kemampuan anak kita. Apakah sudah bisa melipat kertas, menempel, menggunting atau justru belum bisa semuanya? Saat Reksa belum bisa semua itu, ia hanya bertugas mengambilkan barang di lemari aktivitas. Seperti ambil lem, kertas, bolpoin dan gunting. Namun, saat ia sudah bisa menggunting, saya memberinya tugas menggunting. Tentu saja saya harus menoleransi ketrampilannya dalam menggunting. Wajar saja jika awal-awal masih belum rapi. Reksa kadang bertanya kepada saya, "Bunda, nggak rapi. Rapopo to?" Saya selalu menjawab, "Iya, rapopo. Tapi yo Reksa tetep belajar terus ben rapi guntingannya." sembari mengajarinya teknik menggunting agar lebih rapi.

c. Motivasi anak untuk menuntaskan pekerjaannya
Pekerjaan akan segera tuntas jika anak bisa fokus mengerjakannya. Kendala yang sering saya temui adalah anak kurang fokus. Meminjam bahasanya ayahe Reksa, anak jadi "slewengan".  Meski menurut informasi yang saya dapatkan, fokus anak  usia balita masih pendek, namun bukan berarti anak tidak bisa diajari fokus. Agar anak lebih fokus, saya berulang kali mengingatkan Reksa sambil beraktivitas bersama. "Fokus, Mbak. Fokus," begitu saran saya hingga Reksa hapal. Hehe..
Disamping itu, saya juga menakar kira-kira pekerjaan yang jadi tugas Reksa itu seberapa banyak agar bisa dikerjakan dengan lebih fokus hingga kerjaannya tuntas. Jangan sampai penyebab anak kurang fokus itu karena kita memberinya pekerjaan yang terlalu banyak. Bagaimana jika ternyata anak memang tidak mau menuntaskan pekerjaannya? Mengikuti saran Mbak Mira Julia, kita yang bertanggung jawab menuntaskannya hingga akhir. Mungkin waktu itu, anak memang baru bisa terlibat 5% dari aktivitas yang dikerjakan. Dengan berjalannya waktu, keterlibatan anak akan bertambah hingga 100%.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Menyusun Rencana Project

Latar Belakang Saya senang membaca buku humor. Saya senang membaca cerita teman yang lucu dan mengundang tawa. Saya senang bercengkerama dengan orang yang mudah bahagia. Mengapa? Karena saya jadi ikut bahagia. Oleh sebab kesenangan saya tersebut, saya pun jadi mudah bahagia. Saat membalas chat teman, saya selalu berusaha mengemas tulisan saya dengan bahagia. Saat menulis status maupun membalas komentar di social media, saya selalu menulisnya dengan bahasa yang menyenangkan. Menurut teman-teman, saya mudah sekali membuat mereka tertawa. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang ibu, saya sering menjumpai percakapan atau kejadian lucu di keluarga kami. Sebagian percakapan tersebut sudah saya tuliskan di akun FB. Sebagian belum saya tulis. Nah, melalui Ruang Berkarya Ibu, saya ingin mengoptimalkan potensi saya di bidang tulis menulis cerita lucu melalui project "Ngakak Everyday" Nama Project Ngakak Everyday : Kumpulan Cerita Lucu Rumah Jingga Tujuan 1. Mendokume