Langsung ke konten utama

Memberi Ruang Imajinasi dan Kreativitas Anak

Demi agar anak saya kreatif, dulu saya menstimulasi anak-anak dengan cukup ketat. Hampir tiap hari saya mengajak anak-anak membuat kerajinan tangan. Seperti origami, mewarnai, menggambar, hingga membuat mainan dari bahan kardus.

Tidak ada yang salah dengan apa yang saya tuju. Tapi, lama kelamaan justru saya sendiri yang merasa terbebani. Karena anak-anak kadang ogah-ogahan diajak berkegiatan, dan akhirnya sayalah yang memulai hingga mengakhirinya.

Sampai kemudian, Reksa masuk sekolah TK. Yang artinya waktu pagi sudah digunakannya untuk belajar di sekolah. Saya pun kemudian mengubah jadwal siang hari sebagai waktu bebas berimajinasi dan berkreasi untuk anak-anak. Apapun boleh dilakukan, asal tidak menggunakan media gadget atau TV.

Dampak dari pemberian ruang ini cukup positif. Imajinasi dan kreativitas anak-anak jadi berkembang. Mereka biasa berinisiatif sendiri akan bermain apa hari itu. Biasanya mereka merawat boneka, menjadi dokter kecil, membuat rumah-rumahan dari kardus, menjadi pengantar paket, sekolah-sekolahan, jual beli dan sebagainya.

Karena aktivitas itu adalah pilihan mereka, jadi mereka betah memainkannya hingga 2-3 jam. Tidak masalah rumah berantakan seperti kapal pecah karena itu artinya mereka sedang mengeksplorasi isi rumah. Saya sendiri bisa memanfaatkan waktu main anak-anak dengan istirahat siang. Alhamdulillah. 😁

#Tantangan10Hari
#Level9
#KuliahBunsayIIP
#ThinksCreative

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

Review Kelompok 11 : Mengarahkan Orientasi Seksual Anak

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Perbedaan LGBT & SSA: Menurut sumber yang kami dapat, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan identitas sosial sehingga mereka ingin diakui, diterima, dan dilegalkan baik oleh masyarakat dan negara. Sedangkan SSA (Same Sex Attraction) adalah orientasi seksual atau adanya ketertarikan secara emosional dan seksual dengan sesama jenis. Segelintir orang yang memiliki kecenderungan sejenis ini, sadar bahwa hal tersebut salah dan menyalahi fitrah. (Sumber: Artikel OH My God Anakku SSA. Majalah Ummi Desember 2015) Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Rata-rata ilmuwan berpendapat bahwa *faktor lingkungan* berperan besar dalam membentuk orientasi seksual seorang anak. Oleh karena itu, hindari pemicu yang bisa membuat orientasi seksual anak keluar dari fitrah. Berikut beberapa langkahnya: 1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak Misal hindari memberi mainan _princess_ kepada anak laki-laki dan mainan robot kepada ...