Setelah berhasil mengetahui bakat dan
peran melalui tugas materi pertama, pada tugas selanjutnya kami
diajak membuat ruang untuk bakat dan peran tersebut. Sebagian besar,
saya sudah mempunyai ruang untuk bakat dan peran saya. Hanya saja
bakat dan peran tersebut belum maksimal dikembangkan.
Berikut ini ruang untuk 7 bakat
dominan diri dari 34 tema bakat dalam kehidupan sehari-hari,
berkeluarga ataupun berkomunitas :
1.
BELIEF
Saya senang melayani dan mendahulukan
orang lain. Terutama pelayanan dalam bidang pendidikan. Ruang untuk
pengembangan bakat dalam pelayanan saya adalah Rumah Jingga.
Rumah baca yang saya dirikan bulan Desember tahun lalu di rumah saya
sendiri. Rumah baca ini melayani peminjaman buku dan pengembangan
kreativitas anak-anak di sekitar tempat tinggal kami.
Karena masih tahap pengenalan kepada
masyarakat, peminjaman buku masih menggunakan sistem door to door.
Jadi, saat saya mengantar anak main ke rumah tetangga, saya sekalian
membawa buku. Saya memperlihatkan buku yang saya bawa agar anak
tetangga tertarik melihatnya. Selanjutnya saya akan membacakan buku
dengan nyaring (read aloud)
pada anak-anak.
Biasanya
anak usia
TK atau SD kelas awal senang saat saya bacakan buku. Pada
momen itulah, saya meminjamkan buku pada mereka. Sembari meminjamkan,
saya berpesan kepada mereka agar meminta ayah ibunya membacakan buku
untuk mereka. Terkadang, kendalanya justru ada pada orang tua yang
enggan dipinjami karena takut bukunya rusak.
2.
DELIBERATIVE
Saya sangat teliti, waspada,
hati-hati, melihat sebelum melompat. Saya biasa mengukur diri sebelum
memutuskan terjun ke lapangan. Apakah saya punya waktu? Apakah saat
ini saya benar-benar membutuhkan ilmu tersebut? Apakah peran yang
saya ambil sesuai dengan bakat saya? Pertanyaan-pertanyaan itu selalu
muncul saat saya dihadapkan pada persimpangan jalan.
Bakat tersebut rupanya sangat
bermanfaat di era banjir informasi seperti saat ini. Terutama saat
saya bergabung di Institut Ibu Profesional. Di IIP, tawaran
ilmu dan peran yang menarik, tersedia gratis hampir setiap waktu.
Jika tidak mengukur diri, semua bisa saya ambil karena semuanya
menarik. Beruntung, bakat deliberative saya cukup kuat di sini.
Sehingga, saya hanya mengambil ilmu yang saya butuhkan dan mengambil
peran yang pas sesuai dengan bakat saya yakni sebagai tim pawon
Rumbel Menulis IP Jogja.
3.
DEVELOPER
Saya senang melihat kemajuan orang
lain dan senang memajukan orang lain. Ruang bagi pengembangan bakat
saya ini adalah keluarga. Dulu saya pernah membuat jadwal yang
ketat untuk pendidikan anak-anak. Namun, akhir-akhir ini saya agak
melonggarkan jadwal itu karena pagi hari Reksa sudah belajar di
sekolah. Jadi, saya lebih banyak memberi ruang bermain bagi anak-anak
di siang dan sore hari.
Saat ini, saya ingin menata ulang
pendidikan anak-anak. Bukan berarti membuat jadwal yang ketat seperti
dulu. Tapi, menaikkan level pendidikan anak-anak. Jika saat ini
anak-anak baru belajar menjemur pakaian, besok mereka akan saya ajak
mengepel lantai. Jika saat ini anak-anak baru belajar mendengarkan
saya membacakan buku, besok mereka harus belajar menarasikan ulang
apa yang didengarnya.
4.
EMPHATY
Saya mudah tersentuh hatinya. Terutama
saat melihat kondisi penduduk di sekitar tempat tinggal saya. Ruang
yang mewadahi akan bakat empati saya ini adalah di kehidupan
masyarakat Dusun Kalisoka dan komunitas yang saya ikuti
seperti IP Jogja ataupun keluarga alumni Pondok Pesantren
Nurul Ummah Putri. Wujud empati saya saat ini masih berupa
bantuan berupa donasi uang karena belum bisa membantu dalam wujud
yang lain.
Saya selalu berharap, suatu saat saya
bisa lebih longgar. Baik dalam kepemilikan waktu, finansial maupun
skill profesi. Sehingga, saya bisa menyalurkan bakat empati saya
dengan lebih membangun. Bukan hanya dalam bentuk donasi seperti yang
selama ini saya lakukan.
5.
FOCUS
Saya memerlukan sasaran sebelum
bekerja dan tidak bisa diganggu selama itu. Saya akan kacau kalau
bekerja sambil melakukan hal lain. Saya merasa lebih maksimal saat
fokus dengan satu sasaran dalam satu waktu. Ruang untuk mewadahi
bakat saya ini adalah dunia tulis menulis, terutama
kepenulisan bacaan anak.
Adapun waktu paling efektif untuk
meningkatkan skill menulis saya adalah malam hari. Karena di saat
itulah, saya bisa fokus mengalirkan kata yang sudah menari-nari di
kepala. Meski demikian, proses pencarian ide dan pengembangannya
biasa saya olah saat mengerjakan pekerjaan domestik. Jadi, malam hari
adalah waktu untuk menuliskannya saja.
6.
INPUT
Saya senang membaca dan membacakan
buku untuk anak-anak. Oleh karenanya, buku menjadi barang koleksi
keluarga kami yang semakin hari semakin bertambah. Koleksi buku
bagi kami adalah investasi yang tidak ternilai harganya. Bukan saja
kebahagiaan, namun juga ilmu dan kebijaksanaanlah yang kami dapat
saat memutuskan mengoleksi buku.
Awalnya buku itu hanya kami nikmati
sendiri. Namun, seiring bertambahnya koleksi buku kami, saya
memutuskan untuk meminjamkannya pada masyakarakat sekitar kami. Rumah
Jingga, begitulah nama rumah baca yang saya dirikan dan saat ini
saya kelola sendiri. Harapannya, rumah kami bisa menjadi rumah
kebahagiaan anak-anak di sekitar tempat tinggal kami.
7.
POSITIVITY
Saya orang yang penuh harapan dan
cinta kesenangan. Ruang yang saat ini mewadahi saya dalam
mengoptimalkan bakat ini adalah Rumah Belajar Menulis IP Jogja.
Sejak awal berdirinya, saya mengambil peran sebagai sekretaris.
Meski bakat administrator saya kurang kuat, saya bisa mengoptimalkan
bakat positivity saya saat beraktivitas di rumbel ini. Seperti saat
koordinasi dengan tim pawon, diskusi di WAG, hingga memfasilitasi
pengumpulan tugas menulis di link google form yang saya buat.
Saya senang menebarkan semangat untuk
terus menulis. Tentu saja sebelum menebarkan semangat, saya harus
konsisten dulu dalam menulis. Wujud dari konsistensi saya adalah
dalam bentuk aktif mengerjakan tugas yang diberikan pemateri. Seperti
mendongeng, menulis dongeng dan mengulas cerita anak realis.
Mulai minggu depan, saya berencana
untuk menebarkan semangat melalui cerita inspiratif ataupun quote.
Kebetulan saya mempunyai koleksi quote menulis dari beberapa penulis.
Harapan saya, cerita inspiratif atau quote tersebut semakin
memotivasi saya dan teman-teman Rumbel Menulis IP Jogja untuk terus
berkarya.
Ruang untuk peran dominan dari ST30
dalam kehidupan sehari-hari, berkeluarga ataupun berkomunitas :
1.
CARE TAKER
Saya mudah terharu melihat sahabat
atau tetangga yang sedang berjuang dalam hidupnya. Saya seperti
terpanggil untuk meringankan bebannya. Baik sahabat yang tergabung
dalam komunitas, seperti sahabat di IIP Jogja dan alumni
Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri. Maupun, masyarakat di
Dusun Kalisoka tempat saya tinggal.
Saat ini bantuan yang saya berikan
masih berupa donasi/ uang. Belum bisa membantu dalam bentuk yang
lain. Saya berharap suatu saat saya bisa lebih berkemampuan dalam
finansial dan skill agar bisa membantu sahabat dan tetangga dengan
cara yang lebih membangun.
2.
CREATOR
Saya
tidak sepandai penulis lain dalam berimajinasi. Tapi, saya senang
saat menemukan sebuah ide dan mengolahnya menjadi sebuah cerita anak.
Ada tantangan yang menarik untuk terus saya ikuti saat imajinasi itu
berkembang di kepala. Tidak mudah, tapi mengasyikkan.
Ya,
peran creator saya sangat berkembang dalam bidang kepenulisan.
Terutama, kepenulisan bacaan anak seperti dongeng, fabel dan cerita
anak realis. Beruntung, tahun ini tema pembelajaran di Rumbel Menulis
IP Jogja adalah happy kids. Jadi, pengembangan diri saya sejalan
dengan rumbel tersebut.
3.
EDUCATOR
Saya senang berbagi ilmu pada orang
lain. Saat saya mendapatkan ilmu atau pengalaman baru, saya merasa
perlu membagikannya pada orang lain. Ruang utama untuk mewadahi peran
educator ini ada di keluarga saya. Sebagai seorang ibu, saya
adalah pendidik yang harus terus semangat mendidik anak.
Ruang kedua adalah Rumbel Menulis
IP Jogja. Secara pengalaman, saya memang belum apa-apanya
dibanding teman-teman. Tapi, saya berusaha berbagi pengalaman yang
saya miliki sesederhana apapun. Seperti cerita tentang kecerobohan,
semangat maupun refleksi agar menjadi pembelajaran bersama di grup.
Ruang ketiga adalah social media.
Seperti blog, facebook ataupun whatsapp. Di blog, saya
menulis tantangan demi tantangan saya dalam mengikuti pembelajaran di
kelas bunsay. Di facebook maupun whatsapp, kadang saya menulis
poin-poin yang menurut saya penting diketahui oleh masyarakat.
Biasanya seputar kebijaksanaan hidup.
4.
JOURNALIST
Saya senang menulis cerita keseharian,
terutama cerita lucu, refleksi maupun cerita inspiratif. Ketika saya
mengalami kejadian lucu atau inspiratif dalam hidup sehari-hari, saya
seperti terpanggil untuk menuliskannya. Ruang yang selama ini
mewadahi saya dalam mengoptimalkan peran ini adalah media sosial,
seperti facebook dan blog.
Di facebook, saya menulis
cerita-cerita ringan sehari-hari. Seperti cerita lucu keluarga kami,
dan cerita inspiratif yang saya dapat dari kehidupan. Di blog, saya
menulis artikel dan cerita tentang pembelajaran keluarga kami di
kelas bunda sayang IIP. Oya, kelas bunda sayang adalah salah
satu pemantik yang membuat saya konsisten menulis di blog. Melalui
kelas ini, peran journalist saya semakin berkembang.
Selain melalui media sosial, saya juga
mengambil peran sebagai Sekretaris Rumbel Menulis IP Jogja.
Meski bakat administrastor saya kurang baik, menjadi bagian dari tim
pawon Rumbel Menulis membuat saya lebih bahagia dan bermakna.
Mengapa? Karena saya bisa menyalurkan ide dan gagasan saya. Di
waktu-waktu tertentu, saya juga diberi kesempatan menggugah semangat
anggota melalui kata-kata yang menyenangkan.
5.
MOTIVATOR
Apapun kondisinya, saya yakin setiap
orang bisa membenahi dirinya lebih baik dari hari ke hari. Dan saya
senang, saat bisa menempatkan diri sebagai bagian dari orang yang
ikut mendorong orang lain menjadi lebih baik. Ruang yang saat ini
mewadahi saya dalam mengoptimalkan peran ini adalah keluarga
dan media sosial.
Di keluarga, saya mendorong anak-anak
untuk gigih dalam mewujudkan keinginannya. Dimulai dari aktivitas
yang sederhana, seperti saat anak minta tolong saya menghidupkan
lampu. Saya tidak langsung membantunya. Tapi, saya bertanya “Coba
dipikir, kira-kira gimana ya caranya biar bisa menghidupkan lampu
sendiri?” Dari pertanyaan itulah, anak jadi berpikir untuk mencari
solusi sendiri. Dengan meloncat atau mengambil kursi, misalnya.
Di media sosial (terutama facebook dan
whatsapp), saya senang menyemai virus kesyukuran dan kebahagiaan.
Melalui cerita-cerita lucu yang saya tulis, saya berharap orang yang
membaca ikut bahagia. Saat ini, responnya cukup positif dan
membahagiakan. Sayangnya, saya belum bisa mengoptimalkan peran ini
karena masih belum bisa memanajemen diri dengan baik.
Adapun yang menurut saya cukup efektif
adalah saat ada sahabat yang menghubungi saya melalui WA pribadi
atau inbox FB. Melalui sambungan pribadi ini, sahabat saya
bisa lebih mengalir dalam mencurahkan hati dan pikirannya. Saya
sendiri juga bisa leluasa memberi masukan dan dorongan pada sahabat.
Cerita yang biasa dicurhatkan adalah tentang pengembangan diri,
pendidikan anak dan kehidupan berkeluarga.
6.
SERVER
Saya senang melayani orang lain. Bukan
sebagai pekerjaan, tetapi keinginan pribadi saya sendiri. Ruang yang
mewadahi saya dalam peran ini adalah Rumah Jingga. Rumah baca
yang saya dirikan bulan Desember tahun lalu di rumah saya sendiri.
Rumah baca ini melayani peminjaman buku dan pengembangan kreativitas
anak-anak di sekitar tempat tinggal kami.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat
mengundang anak-anak tetangga untuk beraktivitas di rumah. Aktivitas
mereka di Rumah Jingga adalah mendengarkan buku yang saya bacakan
(read aloud) dan menggambar. Kadang, anak-anak punya aktivitas
sendiri sesuai imajinasi mereka. Tagertnya sebenarnya sederhana,
ialah bagaimana anak-anak betah di rumah kami. Jika sudah betah,
harapannya mereka bisa berdekatan dengan buku dengan lebih intens.
#RuangBerkaryaIbu
#Proyek2
#TugasMateriDua
#KenaliPotensimuCiptakanRuangBerkaryamu
Komentar
Posting Komentar