Langsung ke konten utama

DAY 10 : Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak

Terhitung sejak 1 Maret 2016, saya menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga (Stay At Home Mom). Idealisme saya tentang sosok ibu rumah tangga yang keren membuat saya mengalami berbagai pengalaman kejiwaan yang belum pernah saya alami saat dulu menjadi ibu bekerja. Post Power Syndrom pasca resign PNS, keinginan untuk mandiri secara finansial, hingga kehampaan karena merasa diri kurang berguna, campur aduk dengan keseharian saya membersamai tumbuh kembang anak. Kondisi ini sempat menjadikan diri saya awut-awutan dan kehilangan arah.

Saka memberi makan kambing (18/7/2017)

Bersyukur, kondisi tersebut tidak lama. Sebagai manusia merdeka, keinginan saya hanyalah tetap tumbuh. Tumbuh menjadi pribadi yang produktif berkarya dalam bidang yang saya gemari yakni membaca dan menulis bacaan anak. Membacakan buku anak karya saya sendiri pada Reksa dan Saka adalah bayangan mebahagiakan yang sering melintas dalam benak saya. Sebagai seorang ibu, keinginan saya adalah mendidik anak-anak menjadi pribadi luhur dengan bahagia. Menyanyi, mewarnai, melipat kertas, bermain air dan bermain peran bersama mereka adalah bayangan membahagiakan yang membuat saya memutuskan resign PNS.

Reksa memberi makan ayam (18/7/2017)

Tumbuh dan bahagia inilah yang kemudian menjadi tagline kehidupan saya saat ini. Berharap terus tumbuh dan tumbuh menjadi manusia produktif yang melahirkan karya berkualitas. Senantiasa bahagia membersamai tumbuh kembang anak hingga mereka menjadi manusia dewasa yang luhur budi pekertinya. Bersyukur sekali, dipertemukan dengan Institut Ibu Profesional (IIP) yang menuntun saya menjadi pribadi yang terus tumbuh dan bahagia.

Reksa dan Saka berjalan menuju rumah Mbak Fala (12/7/2017)

Alhamdulillah, tanggal 22 Juli 2017 kemarin adalah hari ke sepuluh dari “Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak” telah dijalani. Reksa dan Saka sudah mandiri sebagaimana yang saya rencanakan pada pelatihan ini. Karena alasan tertentu, tidak setiap latihan kemandirian saya ambil gambarnya. Hari-hari berikutnya saya terus akan berusaha melatih kemandirian mereka meski tidak setiap hari saya dokumentasikan dalam blog ini.
Mari terus tumbuh dan berbahagia. Cayo!

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan ...

Review Kelompok 11 : Mengarahkan Orientasi Seksual Anak

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Perbedaan LGBT & SSA: Menurut sumber yang kami dapat, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan identitas sosial sehingga mereka ingin diakui, diterima, dan dilegalkan baik oleh masyarakat dan negara. Sedangkan SSA (Same Sex Attraction) adalah orientasi seksual atau adanya ketertarikan secara emosional dan seksual dengan sesama jenis. Segelintir orang yang memiliki kecenderungan sejenis ini, sadar bahwa hal tersebut salah dan menyalahi fitrah. (Sumber: Artikel OH My God Anakku SSA. Majalah Ummi Desember 2015) Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Rata-rata ilmuwan berpendapat bahwa *faktor lingkungan* berperan besar dalam membentuk orientasi seksual seorang anak. Oleh karena itu, hindari pemicu yang bisa membuat orientasi seksual anak keluar dari fitrah. Berikut beberapa langkahnya: 1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak Misal hindari memberi mainan _princess_ kepada anak laki-laki dan mainan robot kepada ...