Langsung ke konten utama

DAY 8 : Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak

Memasuki hari ke delapan dari 10 hari tantangan rasanya sudah lebih mudah. Tak seberat saat awal-awal latihan. Reksa sudah terbiasa beres-beres kamar dan mengembalikan piring ke rak sebelum berangkat ke sekolah. Sepulang sekolah, Reksa menjemur pakaian. Sorenya dia membantu memasukkan pakaian kotor ke dalam mesin cuci.

Reksa memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci (20/7/2017)

Saka juga sudah terbiasa melepas dan mengenakan pakaian sendiri. Hanya saja Saka terkadang menyengaja salah saat memakai baju. Saat saya bilang, “Rasah aneh-aneh!” Saka nyeletuk, “Ah, Saka aneh-aneh,” sambil tersenyum puas. Dia ingin bercanda dan membuat saya kesal. Hehe.. Padahal Saka sudah tahu bagaimana cara memakainya.

Saka mengembalikan pakaian ke almari (20/7/2017)

Dalam mengembalikan mainan ataupun barang yang dipakai, Saka cukup pintar diajak bekerjasama. Apalagi saat ada kakaknya. Sebelum saya memintanya mengembalikan, kakaknya sudah lebih dulu mengingatkan. Reksa malah lebih tegas dibanding saya sehingga adiknya tak jadi menunda-nunda. Hanya saja untuk latihan mengembalikan barang ini kondisional karena anak-anak lebih sering bermain ke rumah teman dibanding di dalam rumah.

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan ...

Review Kelompok 11 : Mengarahkan Orientasi Seksual Anak

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Perbedaan LGBT & SSA: Menurut sumber yang kami dapat, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan identitas sosial sehingga mereka ingin diakui, diterima, dan dilegalkan baik oleh masyarakat dan negara. Sedangkan SSA (Same Sex Attraction) adalah orientasi seksual atau adanya ketertarikan secara emosional dan seksual dengan sesama jenis. Segelintir orang yang memiliki kecenderungan sejenis ini, sadar bahwa hal tersebut salah dan menyalahi fitrah. (Sumber: Artikel OH My God Anakku SSA. Majalah Ummi Desember 2015) Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Rata-rata ilmuwan berpendapat bahwa *faktor lingkungan* berperan besar dalam membentuk orientasi seksual seorang anak. Oleh karena itu, hindari pemicu yang bisa membuat orientasi seksual anak keluar dari fitrah. Berikut beberapa langkahnya: 1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak Misal hindari memberi mainan _princess_ kepada anak laki-laki dan mainan robot kepada ...