Langsung ke konten utama

DAY 6 : Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak


Jika menilik rencana 10 hari melatih kemandirian anak, seharusnya tugas Reksa lima hari ke depan adalah membuang sampah dan membantu memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci. Berhubung beberapa hari sebelumnya, saat saya akan membuang sampah malah ketemu ular, untuk sementara rencana membuang sampah saya cancel. Saya ganti dengan melatih kemandirian Reksa dalam mengembalikan pakaian ke almari baju. Jadi, skill yang saya latihkan untuk lima hari ke depan adalah membantu memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci dan mengembalikan pakaian bersih ke almari baju.
Adapun untuk Saka, rencana masih seperti semula yakni membereskan mainan dan mengembalikan barang pada tempatnya. Kedua latihan ini sebenarnya hampir sama, hanya saja untuk mengembalikan barang pada tempatnya lebih luas maknanya seperti mengembalikan baju bersih ke almari, menaruh piring dan gelas kotor ke tempat cuci piring, dan menaruh pakaian kotor ke keranjang pakaian. Saya berharap latihan ini bisa menggugah kesadaran Saka bahwa barang apapun bentuknya mesti diletakkan pada tempatnya. Tidak asal taruh saja.

Tetap Konsisten Meski Sekolah
Selasa adalah hari kedua Reksa belajar di TK. Meski masuk pagi, Reksa tetap mempunyai tanggung jawab membereskan kamarnya, mengembalikan piring bersih ke rak dan menjemur pakaian. Membereskan kamar dan mengembalikan piring ke rak dilakukan Reksa pagi hari. Sedangkan menjemur pakaian dilaksanakan pada siang hari sepulang sekolah.

Reksa mengembalikan piring ke rak sebelum berangkat sekolah (18/7/2017)

Seharusnya latihan kemandirian Reksa juga ditambah dengan memasukkan pakaian kotor ke mesin cuci dan mengembalikan pakaian bersih ke almari baju. Berhubung kemarin saya mencucinya pagi sebelum Reksa bangun, sehingga proses melatih dua skill ini belum bisa terlaksana. Untuk empat hari ke depan, saya menjadwalkan agenda mencuci baju pada sore hari agar pagi harinya pakaian sudah bersih. Tinggal menjemur saja.

Reksa menjemur pakaian sepulang sekolah (18/7/2017)


Saka Senang Mengembalikan Mainan
Saya tidak mewajibkan anak-anak tidur siang. Jika saya mengantuk, saya akan mengajak anak-anak tidur siang. Terkadang ada yang mau tidur, namun lebih sering mereka tidak mau tidur. Saya yang selalu tertidur lebih dulu. Hehe.. Siang kemarin pun demikian. Saya dan Reksa tidur, Saka malah bermain lego. Lego tersebut ditaruh di antara saya dan Reksa. Suara “brak brek” lego membuat saya akhirnya terbangun.

Saka memberi makan kambing tetangga (18/7/2017)

Masih menahan kantuk, saya bilang pada Saka agar meletakkan kembali legonya ke dalam kardus. Saya tidak berharap banyak pada Saka karena kondisi saya yang ngantuk berat sudah pasti belum bisa mengawasi Saka saat mengerjakan tanggung jawabnya. Namun, ternyata Saka langsung mengembalikannya satu persatu ke kardus. Syukurlah, padahal jumlah legonya cukup banyak. Saka juga saya lihat senang-senang saja mengembalikan mainannya tersebut. Semoga ke depan, Saka lebih mudah diajak kerjasama saat mengembalikan mainannya.

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian

#Tantangan10hari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

Pohon Singkong dan Pohon Padi

Memulai langkah pertama memang selalu berat. Termasuk dalam game level 10 kelas Bunsay kali ini. Selalu saja ada alasan bagi saya untuk menunda memulainya. Ya tidak enak badanlah, ya anak sudah tidurlah dan sebagainya. Dan dengan kekuatan bulan, akhirnya saya memaksa diri untuk memulai day 1. Sore hari saat anak-anak tiduran di kamar, saya memberitahu mereka bahwa bundanya ingin mendongeng. "Asyiiik," pekik Reksa dan Saka senang. "Nanti kalau bagus, Reksa bilang bagus ya, Bun." Reksa berinisiatif menjadi jurinya. "Ya. Seumpama kurang bagus, bilang kurang bagus, ya." "Oke." "Judulnya pohon singkong dan pohon padi," Saya memulai cerita dengan menyebut judul dongeng itu. Dikisahkan dalam dongeng tersebut, pohon singkong sedang bersedih karena manusia tidak suka makan singkong. Manusia lebih suka makan nasi. Padahal, sebelum pohon padi sebanyak sekarang, dulu kan manusia makannya singkong. Kenapa sekarang mereka tidak suka singkon...

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum...