Langsung ke konten utama

Day 4 : Tantangan 10 Hari Melatih Kemandirian Anak

Saka Pertama Kali Main Otopet
Seperti biasanya, setiap hari minggu kami sekeluarga refreshing ke alun-alun wates. Sembari ayah olahraga, anak-anak bermain di sebelah timur alun-alun. Aturannya, anak boleh memilih satu wahana bermain. Hanya satu saja dan tidak boleh lebih. Kemarin minggu (16 Juli 2017), Saka minta naik odong-odong. Saya dan Reksa menunggu hingga Saka selesai naik odong-odong. Setelah Saka selesai, saya kemudian mengantar Reksa main otopet.

Saka main otopet pertama kali (16/7/2017)

Melihat Reksa main otopet, Saka tertarik mencoba. Jika menilik aturannya, jelas Saka tidak boleh main lagi. Berhubung yang dia inginkan adalah otopet, saya membolehkan karena sebelumnya Saka belum pernah mencoba otopet. Saya pikir ini kesempatan belajar bagi Saka untuk mencoba skill baru. Awalnya, Saka agak kesulitan karena dia harus menjejak kakinya kuat-kuat. Saya membantu mendorongnya selama satu putaran. Pada putaran selanjutnya, Saka sudah bisa naik otopet sendiri meski pelan.

Makan soto bersama di alun-alun Wates (16/7/2017)

Seusai bermain, kami makan soto bersama. Semula Saka saya suapi karena terburu ingin makan padahal sotonya masih panas. Hanya beberapa suap saja. Setelah agak dingin, saya meminta Saka makan sendiri hingga habis. Alhamdulillah, latihan kemandirian Saka dalam hal makan sudah mengalami peningkatan.

Reksa Cemberut
Meski sudah memasuki “day 4”, sebenarnya tanggal 16 Juli 2017 adalah hari ketiga tantangan melatih kemandirian Reksa karena hari sebelumnya Reksa terpaksa libur dari latihan. Mungkin karena terjeda hari atau oleh sebab apa, Reksa kurang bersemangat dalam latihan kali ini. Saat saya memintanya mengembalikan piring, Reksa memajukan bibirnya sambil protes mengapa dia yang selalu saya suruh. Mengapa adiknya tidak disuruh mengembalikan piring?
Saya lantas menjelaskan kepada Reksa bahwa Saka juga sedang belajar agar lebih mandiri. Sama dengan Reksa. Bedanya, Saka belajar makan dan berpakaian sendiri. Mengapa tidak belajar mengembalikan piring? Karena Saka belum bisa mengangkat beban yang berat seperti piring dan gelas kaca. Mbak Reksa sudah lebih besar dan kuat, jadi Mbak Reksalah yang saat ini belajar mengembalikan piring. Besok jika Saka sudah lebih kuat juga akan belajar hal yang sama dengan Mbak Reksa.

Reksa bersih-bersih kamar (16/7/2017)

Setelah mendapat penjelasan, akhirnya Reksa bisa mengerti. Dia lantas mengembalikan piring dan gelas dengan riang. Walau tidak ikut membantu, adiknya menemani sambil bermain di sekitar kakaknya. Setelah selesai mengerjakan tanggung jawabnya, saya mengapresiasi upayanya hari itu dengan memuji dan memberinya jempol. Catatan hari ini adalah beri pengertian anak mengapa dia perlu belajar melatih kemandiriannya. Perlu dijelaskan manfaat apa saja yang anak peroleh jika dia mandiri.

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10Hari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan

Menyusun Rencana Project

Latar Belakang Saya senang membaca buku humor. Saya senang membaca cerita teman yang lucu dan mengundang tawa. Saya senang bercengkerama dengan orang yang mudah bahagia. Mengapa? Karena saya jadi ikut bahagia. Oleh sebab kesenangan saya tersebut, saya pun jadi mudah bahagia. Saat membalas chat teman, saya selalu berusaha mengemas tulisan saya dengan bahagia. Saat menulis status maupun membalas komentar di social media, saya selalu menulisnya dengan bahasa yang menyenangkan. Menurut teman-teman, saya mudah sekali membuat mereka tertawa. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang ibu, saya sering menjumpai percakapan atau kejadian lucu di keluarga kami. Sebagian percakapan tersebut sudah saya tuliskan di akun FB. Sebagian belum saya tulis. Nah, melalui Ruang Berkarya Ibu, saya ingin mengoptimalkan potensi saya di bidang tulis menulis cerita lucu melalui project "Ngakak Everyday" Nama Project Ngakak Everyday : Kumpulan Cerita Lucu Rumah Jingga Tujuan 1. Mendokume