Langsung ke konten utama

DAY 8 : Tantangan 10 Hari Family Project


Nama Project : Sayang Binatang
Gagasan : Saka adalah anak yang sangat sayang binatang. Bersyukur, tetangga sebelah rumah kami mempunyai kambing dan ayam. Jadi, meski tidak memelihara binatang, Saka bisa dengan mudah berinteraksi dengan mereka.
Hampir tiap hari, Saka minta ditemani memberi makan kambing. Pada Senin kemarin, Saka juga mengajak Bunda memberi makan kambing. Berhubung Reksa sedang tidak main ke tetangga, Bunda mengajak Reksa juga. Maka, Senin kemarin kami bertiga memberi makan kambing bersama. 

Saka "Robot Penyayang Binatang" (21/8/2017)
 
Penanggung Jawab : Saka
Waktu Pelaksanaan : 21 Agustus 2017
Pelaksanaan : Sebagai penanggung jawab, Saka bertugas menunjuk daun mana saja yang akan dipetik dan membawa tas sebagai wadah daun. Saya memilih memetik daun seresede yang berada di dekat rumah lantai dua. Sedangkan Reksa memilih memetik daun pethet.
Setelah terkumpul cukup banyak, saya bertanya pada Saka, apakah sudah cukup atau belum? Saka bilang, sudah. Lantas, kami berjalan ke rumah simbah, tetangga sebelah rumah. Dari jalan, tampak tiga kambing sudah menunggu kami dengan antusias. Saka sangat senang dan langsung memberinya daun setibanya di dekat kandang. Reksa juga ikutan memberi makan kambing. Biasanya Reksa agak malas berinteraksi dengan binatang. Entah mengapa, kali ini agak berbeda.
 
Reksa memetik daun pethet (21/8/2017)
Tidak menunggu waktu lama, kambing-kambing itu menghabiskan semua daun yang kami bawa. Kambing kenyang, anak-anak senang. Berbagi itu membahagiakan semuanya.
Apresiasi : Setelah selesai memberi makan kambing, saya berbincang sebentar dengan simbah kakung, pemilik kambing. Waktu itu simbah kakung sedang membuat sapu lidi. Meski kurang bisa diajak berkomunikasi, simbah kakung masih bisa menjawab beberapa pertanyaan sederhana. Saya bertanya di mana simbah putri? Simbah kakung menjawab bahwa simbah putri sedang mencari pakan ternak. 

Penampakan daun seresede (21/8/2017)
 
Anak-anak asyik melihat ayam yang sedang mengerami telur. Mungkin karena penasaran, anak-anak lama kelamaan mendekati ayam. Saka malah sempat mengambil blarak (daun kelapa) untuk mencolek sang ayam. Sebelum sempat mencolek, saya langsung mengingatkan Saka. Saya menjelaskan pada anak-anak bahwa ayam itu sedang mengerami telur. Kita tak boleh mengganggunya. Kalau melihatnya boleh, yang tidak boleh itu mengganggu.

Reksa dan Saka memberi makan kambing (21/8/2017)

#Day8
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan ...

Review Kelompok 11 : Mengarahkan Orientasi Seksual Anak

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Perbedaan LGBT & SSA: Menurut sumber yang kami dapat, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan identitas sosial sehingga mereka ingin diakui, diterima, dan dilegalkan baik oleh masyarakat dan negara. Sedangkan SSA (Same Sex Attraction) adalah orientasi seksual atau adanya ketertarikan secara emosional dan seksual dengan sesama jenis. Segelintir orang yang memiliki kecenderungan sejenis ini, sadar bahwa hal tersebut salah dan menyalahi fitrah. (Sumber: Artikel OH My God Anakku SSA. Majalah Ummi Desember 2015) Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Rata-rata ilmuwan berpendapat bahwa *faktor lingkungan* berperan besar dalam membentuk orientasi seksual seorang anak. Oleh karena itu, hindari pemicu yang bisa membuat orientasi seksual anak keluar dari fitrah. Berikut beberapa langkahnya: 1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak Misal hindari memberi mainan _princess_ kepada anak laki-laki dan mainan robot kepada ...