Langsung ke konten utama

Cara Membunuh Kebosanan


Minggu ini anak-anak mulai kami atur lagi dalam penggunaan gadget. Sebelumnya diatur juga, hanya pilihan tayangan yang ditonton kurang saya monitor. Dan biasanya anak-anak menonton tingkah polah youtuber cilik. Jika satu dua kali tidak masalah, tapi kalau saban gadget time mereka nonton link tersebut, rasanya kok kurang sehat. Ada banyak tanyangan yang lebih pas dan mendidik.

Selain karena kondisi di atas, akhir-akhir ini saya juga mengamati Saka yang mudah rewel. Di waktu senggang, pengennya Saka pegang hape. Sewaktu saya jelaskan bahwa belum waktunya pegang hape, dia menangis. Akhirnya, saya memutuskan untuk sementara waktu tidak membolehkan anak-anak pegang hape selama lima hari.

Mencari daun seresede (9/1/2018)

Selasa (9/1/2018) siang selepas pulang sekolah, Reksa bilang bosan di rumah terus. Dia memang anak yang suka berteman. Jadi, jika sehari saja tidak bermain ke rumah temannya, dia pasti merasa jenuh. Dia ingin ke rumah temannya, tapi saya melarang karena siang hari adalah waktu bagi anak-anak tidur siang. Dia pun melongok ke jendela kamarnya.

Eh, sepertinya ada suara Dek Nova, lho!” kata Reksa pada adeknya. “Ayo! Kita maen sama, Dek Nova!” Reksa langsung lari keluar sambil mengajak adeknya.
Ayo, Ma!” Saka menarik tangan saya.
Mau maen atau ngasih makan kambing?” tanya saya memperjelas tujuan anak-anak. Biasanya Saka ke rumah sebelah untuk memberi makan kambing.
Maen, Ma,” jawab Saka singkat.

Memberi makan kambing (9/1/2018)

Saya pun akhirnya mengikuti kemana arah mereka berjalan. Reksa yang sampai lebih dulu langsung masuk ke rumah Simbah Dek Nova. Ternyata, tidak ada Dek Nova. Reksa dan Saka pun kecewa.
Yo mainan berdua, aja,” saran saya pada keduanya.
Mmm.. bosen,” jawab Reksa.
Ya buatlah menjadi tidak bosen. Bagaimana caranya, pikirkanlah!”
Reksa melihat sekeliling. “Aha!” katanya seolah sedang menemukan ilham. “Ayo, Dek!” ajak Reksa pada Saka. Dan tak lama kemudian mereka pun menghilang dari hadapan saya.

Saya sendiri sengaja tidak mau mengikuti kemana mereka berdua. Membiarkan mereka mencari cara membunuh kebosanan adalah salah satu poin yang saya tuju agar mereka lebih peka lingkungan. Lebih mengerti bahwa alam sekitarnya kaya akan segala hal yang selama ini mereka cari.

Karena agak lama juga mereka pergi, saya pun tergerak untuk mencari tahu kemana mereka berada. Saya menduga mereka hanya jalan-jalan di sekitar rumah simbah. Ternyata keduanya sedang mencari daun seresede untuk memberi makan kambing. 
 
Menemukan serangga (9/1/2018)

#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

Review Kelompok 7 : Fitrah Seksualitas, Mendidik Anak Laki-laki Menjadi Lelaki Sejati

Pada Dasarnya Allah menciptakan manusia terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan, namun pada kenyataannya ada yang mengalami kebingungan dalam menentukan jenis kelaminnya. Kebingungan yang dimaksud adalah tidak adanya kesesuaian antara jenis kelamin dan kejiwaannya. Ketidaksesuaian antara jenis kelamin dan kejiwaan ini bisa terjadi pada seseorang yang terlahir dengan alat kelamin wanita yang sempurna dan tidak cacat, tetapi merasa bukan seorang wanita melainkan pria atau sebaliknya, keadaan seperti ini disebut Transgender. Transgender adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang yang melakukan, merasa, berpikir, atau berbeda dari jenis kelamin yang di tetapkan saat mereka lahir. Transgender tidak menunjukkan bentuk spesifik apapun dari orientasi seksual orangnya. Mereka dapat mengidentifikasi dirinya sebagai heteroseksual, homoseksual, biseksual, atau aseksual. Transgender atau masalah kebingungan jenis kelamin ini sering diekspresikan dalam bentuk da...

RANGKUMAN MATERI WEBINAR HOMESCHOOLING SESI 2

Lima bulan terakhir ini saya tertarik mempelajari model pendidikan homeschooling. Hari-hari saya berkutat dengan browsing dan browsing tentang apa itu homeschooling. Mengapa bisa begitu? Semua bermula dari kegelisahan saya saat masih tinggal dengan kakak perempuan saya yang mempunyai anak usia SD. Namanya Azkal (9 tahun). Setiap kali belajar bersama ibunya, setiap kali itu pula ia “ribut” dengan ibunya. Ibunya, kakak perempuan saya, merasa sejak duduk di kelas 3, Azkal susah sekali diajak belajar. Menurutnya, guru kelas Azkal kurang kreatif dalam mendidik. Seringkali hanya menyuruh anak mencatat materi pelajaran saja. Beberapa orang tua sudah menyampaikan keluhan tersebut ke pihak sekolah. Sayangnya, keluhan tersebut tidak diimbangi dengan perbaikan di pihak sang guru. Kondisi ini tidak berimbang dengan banyaknya materi pelajaran yang harus dipelajari siswa Sebenarnya materi pelajaran untuk SD kelas 3 belum begitu rumit. Hanya saja, sang guru menggunakan acuan Lembar Kegiatan ...