Langsung ke konten utama

Bermain Bersama Teman


Reksa senang berteman. Hampir tiap hari, dia selalu bermain ke rumah temannya. Kalau rumahnya dekat, dia akan berangkat dan pulang sendiri. Kalau rumahnya agak jauh, saya bagian yang bertugas mengantarnya. Jika Saka ikut bermain, saya mau tidak mau harus menunggunya karena sampai saat ini Saka belum mau ditinggal.

Mungkin orang tua lain akan heran melihat saya “kober” antar anak main. Biasanya orang tua akan mengantar anak jika dalam rangka mencari ilmu. Seperti mengaji, les atau ke sekolah. Tetapi saya malah mengantar anak bermain. Apa tidak buang-buang waktu? Jawabannya adalah tidak. 
 
Saka dan Wahyu bermain di Lapangan Tenis (7/1/2018)

Sejak berumur 2 tahun, Reksa senang bermain bersama teman. Aktivitas satu ini paling membuat matanya berbinar-binar. Sebelum ke rumah teman, dia sering menyiapkan sesuatu untuk temannya. Kadang kejutan berupa kado yang berisi surat atau mainan, kadang berupa makanan kecil.

Hari Minggu (7/1/2018) kemarin, seperti biasa Reksa minta diantar ke rumah teman. Kebetulan Saka juga ikut. Jadi, saya pun menunggunya. Sambil menunggu mereka bermain, saya mengamati tingkah polah anak-anak. Dari yang awalnya meminta saya membacakan buku untuk mereka, bermain peran, hingga menjelajah lingkungan sekitar.

Menemukan harta karun di belakang rumah Mbak Putri (7/1/2018)

Saat saya membacakan buku, Reksa termasuk anak yang telaten mendengarkan hingga akhir. Padahal Reksa sudah sering saya bacakan buku di rumah. Saya tidak tahu sebabnya, mungkin dia menemukan hal baru saat saya membacakan buku untuk teman-temannya. Satu hal yang sangat saya syukuri.

Saat bermain peran, Reksa sering melontarkan ide permainan. Entah bermain guru-guruan, masak-masakan, polisi-polisian atau jenis permainan yang lain. Kadang idenya diterima oleh teman-temannya. Kadang juga ide temannya yang dipakai. Ide mana yang pada akhirnya digunakan, membuat Reksa dan teman-temannya belajar bernegosiasi. 
 
Bunga Kenikir. Kuning bersih. (7/1/2018)

Bermain ke rumah teman artinya juga menjelajah lingkungan sekitar. Reksa dan Saka tidak hanya mengenal rumahnya saja. Dia jadi mengenal lokasi rumah teman-temannya, mengenal ruang publik seperti tempat ibadah dan tempat olahraga, melihat Pak Tukang membangun rumah, hingga mengenal hewan peliharaan temannya. Proses penjelajahan dan pengenalan ini banyak manfaatnya bagi Reksa dan Saka. Salah satunya adalah mereka jadi lebih percaya diri dan mudah bergaul bersama temannya.

#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka saat

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum

Bunda Belajar Mendongeng

Tadi siang saya mencoba belajar mendongeng. Pendengarnya hanya Saka karena Reksa sedang main ke rumah tetangga. Tidak memakai alat peraga. Cara mendongengnya pun tidak umum karena saya sambil tiduran di atas karpet. Saya memulai cerita tentang seekor binatang bernama “tokek”. “ Dek Saka, ngerti suarane tokek nggak?” Pertanyaan ini saya lontarkan, agar Saka paham tentang tokoh dalam dongeng yang akan saya ceritakan. Saka diam. “ Suarane meong-meong po yo?” “ Enggak. Itu suara.. Suara yang ada di rumah simbah. Suara kucing, yo” balas Saka. “ Oh, iyo yo. Suara kucing. Nek suara tokek ki seperti apa, dek?” Saka diam lagi. “ Suarane ki tekeeek-tekeeek.” “ Oh, suara itu, Ma. Aku ngerti. Pernah dengar suara itu di rumah lama,” ungkap Saka. Saya pun kemudian melanjutkan cerita tentang si tokek yang sedang berangkat ke sekolah. Dia berangkat jalan kaki saja. Tidak dianter sama bundanya. “ Kok nggak pake motor, Ma?” tanya Saka heran. “ Ya kan biar se