Langsung ke konten utama

Senang Bermain Peran


Senin (15/1/2018), salah satu teman Reksa bernama Putri maen ke rumah kami. Setelah saya bacakan buku, keduanya pun bermain bersama. Apalagi, jika bukan bermain peran. Entah permainan peran apa yang mereka mainkan. Saya hanya melihat mereka sibuk hilir mudik membawa bantal dan selimut. Selanjutnya keduanya pura-pura tidur di ruang tamu.

Saya memang sengaja membiarkan anak-anak mempunyai waktu senggang agak lama. Saya biarkan mereka menikmati waktu senggang tersebut tanpa intervensi saya. Biasanya Reksa dan Saka mengisi waktu senggangnya dengan bermain peran. Entah dokter-dokteran, guru-guruan ataupun pasar-pasaran.

Aktivitas bermain peran ini lumayan membuat rumah kami berantakan. Hehe.. Tidak mengapa, karena itu berarti mereka sedang mengeksplor seluruh isi rumah. Menjadikan berbagai perabotan kami menjadi alat dalam permainan mereka. Seperti selimut untuk dijadikan tenda, sendok dan garpu untuk peralatan masak-masakan anak-anak, terkadang hingga minyak angin pun ludes karena dipakai untuk membuat slime. Hehe..

Manfaat yang saya temui setelah anak-anak sering bermain peran adalah bertumbuhnya imajinasi anak-anak. Reksa dan Saka sering memunculkan ide nyleneh saat mereka bermain peran. Mereka juga lebih terasah ketrampilan berbahasanya karena saat bermain peran mereka juga sambil berbicara. Baik itu dengan teman main ataupun dengan alat mainnya seperti boneka.

#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

Pohon Singkong dan Pohon Padi

Memulai langkah pertama memang selalu berat. Termasuk dalam game level 10 kelas Bunsay kali ini. Selalu saja ada alasan bagi saya untuk menunda memulainya. Ya tidak enak badanlah, ya anak sudah tidurlah dan sebagainya. Dan dengan kekuatan bulan, akhirnya saya memaksa diri untuk memulai day 1. Sore hari saat anak-anak tiduran di kamar, saya memberitahu mereka bahwa bundanya ingin mendongeng. "Asyiiik," pekik Reksa dan Saka senang. "Nanti kalau bagus, Reksa bilang bagus ya, Bun." Reksa berinisiatif menjadi jurinya. "Ya. Seumpama kurang bagus, bilang kurang bagus, ya." "Oke." "Judulnya pohon singkong dan pohon padi," Saya memulai cerita dengan menyebut judul dongeng itu. Dikisahkan dalam dongeng tersebut, pohon singkong sedang bersedih karena manusia tidak suka makan singkong. Manusia lebih suka makan nasi. Padahal, sebelum pohon padi sebanyak sekarang, dulu kan manusia makannya singkong. Kenapa sekarang mereka tidak suka singkon...

Membuat Hasta Karya Bentuk Hati

Kehadiran teman, sering memicu kreativitas anak-anak. Seperti sore beberapa hari yang lalu. Mbak Septi, tetangga kami main ke rumah. Sudah pasti anak-anak sangat senang. Berbagai permainan mereka mainkan. Mulai dari permainan fisik seperti naik sepeda hingga permainan imajinatif seperti bermain peran. Setelah lelah bermain, sore itu anak-anak mengambil kertas warna. "Bikin love, Yuk!" ajak Mbak Septi. Maksudnya bikin bentuk hati dari kertas warna. "Ayuk," Reksa mengambil kertas dan spidol. Keduanya lantas menggambar bentuk hati di atas kertas warna. Setelah selesai menggambar, keduanya pun mengguntingnya. Tertarik dengan aktivitas keduanya, saya pun ikut membuat bentuk hati. Saya menggunakan teknik yang berbeda dengan anak-anak. Setelah selesai menggunting, saya perlihatkan karya saya pada anak-anak. "Nih, buatan Bunda. Kanan kirinya sama kan?" Reksa dan temannya mengamati hasil karya saya. "Iyae, Bun." "Biar sama, cara bikinnya d...