Langsung ke konten utama

Reksa Belajar Membaca dan Menulis


Saat ini usia Reksa 6 tahun. Sudah waktunya mulai belajar membaca dan menulis. Sebelumnya, poin yang saya tekankan adalah bagaimana menabur kecintaan anak terhadap buku. Saya rasa, poin ini sudah tercapai. Jadi, saatnya untuk mulai pelan-pelan mengenalkan Reksa pada huruf.

Secara keseluruhan Reksa sudah mengenal huruf. Hanya beberapa huruf yang kadang dia terbalik-balik. Semisal baca huruf “b” menjadi “d”, begitupun sebaliknya. Serta membaca huruf “v” menjadi “w”, dan sebaliknya. Saya pernah membaca, untuk anak seusia Reksa katanya wajar jika kadang masih terbalik. Jadi, saya tidak begitu menganggap ini sebagai masalah.

Worksheet untuk Reksa (10/1/2018)

Adapun metode yang saya gunakan saat melatih Reksa membaca adalah memakai flash card terbitan Erlangga. Berhubung Reksa sudah mengenal huruf vokal dan sebagian besar huruf konsonan, jadi tidak ada kesulitan dalam pembelajarannya. Selain menggunakan flash card, saya juga mengajak Reksa membaca berbagai tulisan yang ditemuinya. Seperti saat perjalanan ke rumah kakek, Reksa kami minta membaca papan reklame yang kami temui.
Hidden Picture untuk Reksa

Adapun untuk menulis, saya mengeprint worksheet dari Bentang Ilmu. Setiap hari Reksa mengerjakan satu lembar worksheet. Dia tidak merasa keberatan karena di sekolah dia sudah biasa menulis di buku. Lagian, worksheet yang dikerjakannya lebih mudah dibanding mengerjakan maze atau hidden picture. Hehehe..

Wroksheet untuk Saka

Hari Rabu (10/1/2018), selepas maghrib, Reksa ingin tahu tentang bagaimana detik-detik gunung merapi meletus. Saya pun memintanya mengetik kata “merapi” di keyboard. Untuk dua huruf pertama, dia tidak kesulitan. Namun saat mengetik huruf berikutnya, dia agak kebingungan. Hehe.. Butuh waktu kurang lebih 20 menit sampai Reksa bisa mengetik dengan benar.

Selama proses belajar merangkai kata menggunakan laptop ini, kami ketawa-tawa. Meski kesulitan, Reksa terus berusaha. Dan jerih payahnya pun membuahkan hasil. Reksa bisa melihat bagaimana detik-detik gunung merapi meletus pada tahun 2010 lalu. 
 
Merapi atau Merati? Hehehe..

#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

Pohon Singkong dan Pohon Padi

Memulai langkah pertama memang selalu berat. Termasuk dalam game level 10 kelas Bunsay kali ini. Selalu saja ada alasan bagi saya untuk menunda memulainya. Ya tidak enak badanlah, ya anak sudah tidurlah dan sebagainya. Dan dengan kekuatan bulan, akhirnya saya memaksa diri untuk memulai day 1. Sore hari saat anak-anak tiduran di kamar, saya memberitahu mereka bahwa bundanya ingin mendongeng. "Asyiiik," pekik Reksa dan Saka senang. "Nanti kalau bagus, Reksa bilang bagus ya, Bun." Reksa berinisiatif menjadi jurinya. "Ya. Seumpama kurang bagus, bilang kurang bagus, ya." "Oke." "Judulnya pohon singkong dan pohon padi," Saya memulai cerita dengan menyebut judul dongeng itu. Dikisahkan dalam dongeng tersebut, pohon singkong sedang bersedih karena manusia tidak suka makan singkong. Manusia lebih suka makan nasi. Padahal, sebelum pohon padi sebanyak sekarang, dulu kan manusia makannya singkong. Kenapa sekarang mereka tidak suka singkon...

Kehidupan Binatang Laut

Hari ketiga saya tidak mendongeng. Tetapi menceritakan tentang kehidupan makhluk hidup di laut. Kebetulan Saka senang sekali jika kami menceritakan tentang fakta unik binatang. Dimulai dari binatang laut seperti ikan lumba-lumba. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa lumba-lumba berbeda dengan ikan lainnya. Dalam berkembang biak, dia tidak bertelur. Tetapi beranak. "Berarti ikannya hamil ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya." "Wah, podo Bunda," celetuk Saka. "Hehe..." Kami tertawa bersama. "Lumba-lumba juga menyusui, lho. Ada lubang di bagian bawah ikan yang bisa mengalirkan susu." jelas Saya. "Wah, keren, ya." Bu Lek Ida ikut takjub. "Kalau bernapas tidak menggunakan insang. Tapi menggunakan paru-paru. Makanya lumba-lumba sering muncul ke permukaan laut." "Lumba-lumba itu pinter ya, Bun?" tanya Reksa. "Iya, pinter. Bisa berhitung." Perbincangan kami pun melebar hingga ke pertunjukan lumba-lum...