Langsung ke konten utama

Review Kelompok 12 : Fitrah Seksualitas Usia 0-2 tahun

Pentingnya memahami fitrah seksualitas anak adalah agar anak paham terhadap gender yang sudah diberikan dariNYA.

Untuk itu, diperlukan *pendidikan seksualitas (tarbiyah jinsiyah/sex education)* kepada anak sejak dini. Dengan tujuan agar anak menjadi manusia yang bertanggungjawab terhadap gender yang dimiliki. Anak memiliki keyakinan keimanan, ibadah, dan akhlak yang akan menjadi bagian dari membangun masyarakat yang beradab, sehingga anak dapat terhindar dari perilaku penyimpangan seksual, pelecehan, dan kejahatan seksual.

*Di usia 0-2 tahun, merupakan usia bayi pada masa penyusuan.*
1. Berikan ASI secara langsung. Selain baik untuk anak, menyusui merupakan landasan aqidah pertama bagi anak. Dengan menyusu, anak juga merasakan kenikmatan (fitrah seksual yang pertama kali dirasakan)
2. Menanamkan rasa malu dengan tidak mengumbar aurat kepada anak. Sehingga anak paham akan batasan aurat pada ibunya. Saat menyusui, hanya bayi yang boleh melihat aurat bagian atas ibunya. Sehingga anak bisa dengan leluasa berinteraksi dengan ibunya.

Tantangan Gender
Faktor Internal
Kelainan kromosom menjadi penyebab adanya orientasi sesksual masing-masing orang berbeda. Meski adanya kelainan kromosom, peran orang tua dan lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap gender yang akan dipilihnya kelak.
Faktor Eksternal : Orang tua, Lingkungan Sekitar, Sosial Ekonomi dan Media Elektronik.
Cara Membangkitkan Fitrah Seksualitas Usia 0-2 tahun:
  1. Menyusui
Asi merupakan makanan terbaik untuk bayi. Menyusui secara langsung selain untuk bonding anak dengan ibu, juga mengajarkan aqidah pertama anak dan kenikmatan seksual pertama anak.
  1. Dekat dengan Ibu
Apapun pekerjaan kita, anak seharusnya dekat dengan ibunya. Tak hanya berpengaruh terhadap kehidupan seksualitas anak, kedekatan dengan ibu juga berpengaruh bagi masa depan anak.

Bagaimana solusinya?
  1. Pendidikan dari rumah
  2. Hindari berinteraksi dengan gawai saat menyusui

Diskusi :
Saraswati bertanya :
Bagaimana pada Ibu bekerja yang tidak bisa selalu menyusui anaknya secara langsung. Apakah  pemberian asi perah akan mempengaruhi perkembangan fitrah seksualnya?apakah bisa peran sang ibu digantikan oleh sang pemberi asi perah?jika iya, bagaimana caranya?
Jawaban :
Untuk ibu bekerja di ranah publik, memaksimalkan menyusui langsung saat berada di rumah 😊 perkembangan seksualnya harus lebih dekat dengan ibu meski saat ditinggal bekerja, anak bersama pengasuh

Biasanya saya taruh d kasur dulu mbak, nnti lanjut HP an..
Memang agak susah sebenrnya kalo no gawai saat menyusui, tp lebih baik dibiasakan fokus ke anak saat menyusui sambil kita berbicara dg anak utk mempererat hubungan kita dg anak..
Karna momen menyusui menurut saya adalah momen romantiss yg tdk prnh terulang kalo anak udh ga nenen lg 😌


2⃣ Mba Lisa Palupi
Saya juga baru menyusui sambil pegang gawai ini bagaimana 😭

Gawainya disembunyikan dulu aja mbak 😁😬
Biasanya saya taruh d kasur dulu mbak, nnti lanjut HP an..
Memang agak susah sebenrnya kalo no gawai saat menyusui, tp lebih baik dibiasakan fokus ke anak saat menyusui sambil kita berbicara dg anak utk mempererat hubungan kita dg anak..
Karna momen menyusui menurut saya adalah momen romantiss yg tdk prnh terulang kalo anak udh ga nenen lg 😌


3⃣ Biyung Ratna Palupi

Apa yg sebaiknya dilakukan ortu untuk menciptakan lingkungan yg baik n kondusif ini.
Padahal kita tahu, di luar sana banyak sekali pengaruh yg tidak semuanya bisa kita kendalikan..

Wahhh pertanyaannya 😁
Jadi, bukan mengendalikan semuanya mbak. Hanya meminimalisir. Apalagi kalau anak sudah gede dan berkeluarga, faktor sosial ekonomi banyak pengaruhnya. Sy pernah denger ada bapak2 yang sudah beristri, karena himpitan ekonomi jadi berhubungan dengan sejenis. Bukan hal yang diinginkannya, tapi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ada juga istri yang diminta suaminya untuk menjual diri 😭

PR orangtua, saat anak masih berusia dini (berkaitan dengan materi ini) bukan hanya mengajarkan bagaimana pendidikan seksual saja, tetapi yang terpenting adalah pendidikan aqidah anak terlebih dahulu.

Jadi seburuk apapun lingkungan sekitarnya, anak sudah memiliki pegangan hidupnya

*Menguatkan Aqidah dari dalam rumah* ✅

#FitrahSeksualitas #Tantangan10Hari #Level11 #KuliahBunsayIIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

Membuat Hasta Karya Bentuk Hati

Kehadiran teman, sering memicu kreativitas anak-anak. Seperti sore beberapa hari yang lalu. Mbak Septi, tetangga kami main ke rumah. Sudah pasti anak-anak sangat senang. Berbagai permainan mereka mainkan. Mulai dari permainan fisik seperti naik sepeda hingga permainan imajinatif seperti bermain peran. Setelah lelah bermain, sore itu anak-anak mengambil kertas warna. "Bikin love, Yuk!" ajak Mbak Septi. Maksudnya bikin bentuk hati dari kertas warna. "Ayuk," Reksa mengambil kertas dan spidol. Keduanya lantas menggambar bentuk hati di atas kertas warna. Setelah selesai menggambar, keduanya pun mengguntingnya. Tertarik dengan aktivitas keduanya, saya pun ikut membuat bentuk hati. Saya menggunakan teknik yang berbeda dengan anak-anak. Setelah selesai menggunting, saya perlihatkan karya saya pada anak-anak. "Nih, buatan Bunda. Kanan kirinya sama kan?" Reksa dan temannya mengamati hasil karya saya. "Iyae, Bun." "Biar sama, cara bikinnya d...

MELUNCUR DI ATAS JAHE

“Teeet! Teeet! Teeet!” Suara bel berbunyi tiga kali. Tanda ujian berakhir. “ Alhamdulillah...”, ucapku pelan. Lega rasanya ujian semester ini telah berakhir. Bergegas aku mengumpulkan lembar jawaban ke depan. Ternyata aku yang paling akhir. Setelah mengambil tas, aku duduk di samping kursi Maikah. “Mai, aku dengar kabar dari kelas 6, liburan ini kita akan diajak outbond ke Gua Pindul lho..” bisikku pada Maikah. Sudah menjadi kesepakatanku dengan Maikah, pada masa-masa ujian seperti sekarang ini, pantang bagi kami berdua membahas soal ujian sekolah. Maikah menoleh. “Oya? Asyik dong! Jadi pengen beli gatot sama tiwul.” “Ah, kau! Makanan aja yang diingat,” kucubit perut Maikah yang semakin buncit. Maikah memasukkan peralatan tulis ke dalam tas. “Memang sudah pasti ke Gua Pindul?” tanya Maikah ragu-ragu. Aku mengedikkan bahu. “Yah, semoga aja” Topik tentang liburan semester memang selalu hangat dalam perbincangan kami. Sudah seminggu kami sekelas membincangkan topi...