Langsung ke konten utama

Mengenal Waktu


Semenjak sekolah, Reksa mulai saya kenalkan dengan waktu. Yakni seputar pengenalan pagi, siang, sore dan malam hari. Pagi hari adalah saat matahari baru kelihatan sedikit. Saat dimana Reksa bangun dari tidur malam hari. Siang hari adalah saat matahari berada di atas kepala. Kalau tidak hujan, rasanya gerah. Sore hari adalah saat dimana matahari hendak tenggelam. Biasanya langit jadi tampak memerah. Nah, kalau malam hari itu saat di luaran gelap gulita. Saat waktunya anak-anak tidur.

Akhir-akhir ini, saya kadang bertanya pada Reksa tentang waktu dengan lebih detail, yakni jam. Karena saya benar-benar bertanya, Reksa pun antusias untuk menjawab. Awal-awal dulu, Reksa sekedar menebak saja. Saya pun mengeceknya dengan melihat jam dinding langsung, sambil menjelaskan bahwa ketika jarum pendek menunjuk angka 6 itu berarti saat itu pukul 6. Saat itu, saya sengaja tidak menjelaskan menitannya agar Reksa paham dulu tentang fungsi jarum pendek dan makna dari angka yang ditunjuk.
Jam dinding karya Reksa dan Saka (24/11/2017)

Melalui aktivitas tanya jawab yang diselingi sedikit penjelasan ini, Reksa pun jadi mulai mengerti jam berapa dia harus sudah siap berangkat ke sekolah. Jam berapa pula, dia bermain ke rumah temannya. Serta jam berapa dia akan berangkat mengaji bersama temannya di masjid. Pengenalan ini walau sambil lalau cukup memudahkan saya dalam mengontrol aktivitas Reksa.

Nah, sewaktu saya browsing pattern angka di pinterest, saya menemukan ada pattern jam dinding bergambar monyet. Saya pun tertarik untuk mengeprintnya. Biasanya Reksa tertarik bebikinan sesuatu dari bahan kardus. Bayangan saya, pattern itu akan saya gunting dan tempel di kardus agar lebih awet. Apalagi saat ini saya sedang tidak mempunyai kertas tebal. 
 
Reksa menjual baju dan boneka. Saka sebagai pembeli. (24/11/2017)

Dan betul saja. Ternyata Reksa langsung antusias saat melihat ada kertas print gambar jam dinding di kamar. Dia pun langsung mengajak saya membuat jam dinding. Reksa bertugas menggunting kertas dan sebagian kardus. Saka bagian menempel kertasnnya dengan lem. Sedangkan saya memastikan bagaimana proses itu berjalan sambil bantu sana sini. Akhirnya, jam dinding buatan anak-anak pun jadi. Mereka senang sekali melihat jam dinding tersebut.

Setelah Reksa puas memutar-mutar jarum jamnya, saya pun mulai mengajak Reksa untuk belajar tentang jam. Hari ini, baru pengenalan jarum pendek dan jarum panjang. Bahwa ketika jarum pendek menunjuk angka 1 dan jarum panjang menunjuk angka 12, itu artinya saat itu jam 1 pas. Saya mencontohkan beberapa kali hingga Reksa paham. Dan untuk mengetes pemahaman dia, saya meminta Reksa untuk menunjukkan bagaimana posisi jarum pendek dan jarum panjang saat pukul 7,9,12 dan sebagainya. Alhamdulillah, Reksa bisa memahaminya.

Untuk Saka, saya masih mengulang-ulang hitungan. Jika sebelumnya baru menghitung sampai 5, hari ini sudah sampai 10. Seperti menghitung baju yang dijual saat Saka dan Reksa bermain pasar-pasaran. Menghitung susu kotak yang kami beli saat hendak ke rumah kakek. Menghitung telur yang akan kami makan selepas maghrib dan sebagainya.

#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Kelompok 8 : Ketika Anakku Jatuh Cinta

Tantangan Perkembangan seksualitas masa kini yang lebih cepat Gaya pacaran yang semakin berani Minimnya pendampingan orang tua, baik karena sibuk atau “kalah” dengan anak Lingkungan pergaulan yang semakin bebas Penyebab Naluri Cinta Terlalu Dini Tontonan baik melalui TV, medsos maupun gadget Haus kasih sayang karena ortu sibuk bekerja Lingkungan Pendidikan Seks (dalam Ulwan, 2007) Fase pertama (tamyiz usia 7-10 tahun), pada masa ini ajari anak tentang etika meminta izin dan memandang sesuatu. Fase kedua (murahaqah usia 10-14 tahun). Pada masa ini hindarkan anak dari berbagai rangsangan seksual. Fase ketiga (baligh, usia 14-16 tahun). Jika anak sudah siap menikah, pada masa ini anak diberi adab tentang mengadakan hubungan seks. Dititiktekankan pada menjaga diri dan kemaluan dari perbuatan tercela apabila belum siap menikah. Peran Ortu mendampingi anak menuju aqil baligh : Dikatakan aqil : dewasa mental, dipengaruhi pendidikan, bertanggung jawab, mandiri, pera...

MENGENAL ANAK INDIGO MELALUI NOVEL

  Judul Buku : Misteri Anak Jagung Penulis : Wylvera Windayana Penerbit : PT. Penerbitan Pelangi Indonesia Cetakan : I, Januari 2013 Tebal Buku : 200 halaman Harga : Rp. 48.000,- Anda penasaran mengetahui siapa anak indigo itu, namun malas membaca buku The Indigo Children karya Lee Carroll dan Jan Tober? Saran saya, bacalah Misteri Anak Jagung. Novel remaja pertama yang ditulis oleh Wylvera Windayana ini mengisahkan tentang petualangan anak indigo dalam bingkai cerita misteri. Gantari – tokoh utama novel ini – sering dihantui oleh sosok Anak Jagung. Sosok itu seringkali muncul dalam mimpi-mimpinya. Sosok yang membuat Gantari penasaran sekaligus ketakutan. Selain muncul melalui mimpi, suara tangisan sosok misterius dari arah ladang jagung juga kerap mengusik telinganya. Apakah Legenda Anak Jagung yang diceritakan nenek Gantari itu benar-benar ada? Bersama Delia, Gantari berusaha mengungkap semuanya. Usaha mereka semakin terbuka ...

Review Kelompok 11 : Mengarahkan Orientasi Seksual Anak

Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Perbedaan LGBT & SSA: Menurut sumber yang kami dapat, LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) merupakan identitas sosial sehingga mereka ingin diakui, diterima, dan dilegalkan baik oleh masyarakat dan negara. Sedangkan SSA (Same Sex Attraction) adalah orientasi seksual atau adanya ketertarikan secara emosional dan seksual dengan sesama jenis. Segelintir orang yang memiliki kecenderungan sejenis ini, sadar bahwa hal tersebut salah dan menyalahi fitrah. (Sumber: Artikel OH My God Anakku SSA. Majalah Ummi Desember 2015) Mengarahkan Orientasi Seksual Anak Rata-rata ilmuwan berpendapat bahwa *faktor lingkungan* berperan besar dalam membentuk orientasi seksual seorang anak. Oleh karena itu, hindari pemicu yang bisa membuat orientasi seksual anak keluar dari fitrah. Berikut beberapa langkahnya: 1. Kenalkan jati diri dan identitas sesuai jenis kelamin anak Misal hindari memberi mainan _princess_ kepada anak laki-laki dan mainan robot kepada ...